Ikigai, konsep hidup bahagia masyarakat Jepang (Doc. Int).

BIOma – Kegiatan rutinitas orang-orang untuk dapat hidup bahagia cukup bermacam-macam. Mungkin, ada beberapa dari mereka yang lagi fokus mengejar cita-cita atau ada juga yang mungkin lagi mengerjakan suatu hal yang ingin dicapai. Namun, pertanyaan yang sering datang adalah “apakah mereka benar-benar bahagia dengan rutinitas tersebut?”. Masyarakat Jepang mengenal istilah yang disebut “Ikigai” artinya “tujuan hidup”. Kita hidup di dunia ini akan lebih bahagia jika memiliki tujuan hidup.

Berdasarkan buku yang ditulis oleh Asti Musman berjudul “The Power of IKIGAI” menuliskan bahwa semua orang memiliki Ikigai dalam dirinya. Beberapa ada yang telah menemukan sementara yang lain masih mencari tujuan hidup itu. Dilansir dari satupersen.net bahwa dalam proses menemukan Ikigai, kita harus melewati proses.

Terdapat empat aspek untuk sampai pada Ikigai yakni pertama mission, irisan pertama ini diartikan ketika kamu berada dalam fase melakukan hal yang kamu sukai dan hal tersebut bermanfaat bagi orang lain. lalu yang kedua vocation, irisan ini berada dalam fase dimana kamu melakukan hal yang bermanfaat bagi orang lain dan juga dibayar buat melakukan hal tersebut. kemudian yang ketiga profession, irisan ini berada dalam fase dimana kamu melakukan hal yang kamu kuasai dan dibayar untuk melakukan hal tersebut. Dan yang keempat adalah passion, irisan ini berada dalam fase kamu hanya mengerjakan apa yang kamu suka dan kamu kuasai.

Konsep Ikigai merupakan irisan dari keempat aspek diatas. Dalam menemukan Ikigai, Yang terpenting adalah menyeimbangkan empat elemen tersebut untuk saling mengisi dalam membentuk sebuah tujuan hidup berkelanjutan. Seseorang yang menerapkan Ikigai akan tahu alasan mereka harus bangun pagi, harus memperjuangkan sesuatu, dan apa harapan mereka.

Penerapan dalam dunia perkuliahan, dengan mengetahui Ikigai, kita akan mengetahui apa tujuan kita belajar, kita akan mampu memilih hal yang seharusnya tidak kita lakukan dan lebih bahagia dan tidak merasa tertekan dalam proses belajar karena kita memahami makna dari apa yang kita lakukan.

Reporter : Aqilah Fauziyah MF

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *