Sekelompok perempuan saat melakukan Aksi Hari Perempuan Internasional pada 2020 lalu (Doc. Int)

BIOma – Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD) merupakan hari peringatan yang menekankan pada kesetaraan gender, hak asasi, perlakuan, dan pengakuan prestasi-prestasi yang diraih oleh perempuan di seluruh dunia. Hari Perempuan Internasional diperingati pada tanggal 8 Maret setiap tahunnya. Khusus di tahun 2021 ini, hari perempuan Internasional (IWD) mengusung tema “Women in Leadership: Achieving an Equal Future in a COVID-19 World” atau “Perempuan dalam Kepemimpinan: Meraih Masa Depan yang Setara di Masa COVID-19”.

Dilansir dari laporan Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) pada situs UN Women, perempuan masih kurang direpresentasikan dalam kehidupan publik dan dalam pembuatan keputusan. Hal ini terbukti dengan data yang menyatakan bahwa hanya 24,9% perempuan yang menduduki kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), padahal di beberapa negara perempuan sudah banyak yang menempati kursi pemerintahan. Sebanyak 22 negara kini memiliki kepala pemerintahan yang bergender perempuan.

Data yang dilansir dari Forbes menyatakan bahwa perempuan justru lebih andal dalam menjalankan jabatan sebagai pimpinan dalam kehidupan pubik yang efektif dibanding laki-laki. Hal ini karena perempuan memiliki sejumlah soft skill yang lebih seperti komunikasi dan juga empati. Namun, soft skill yang esensial ini kerap kali dianggap sebagai hal yang membuat perempuan tidak dapat memimpin karena identik dengan sifatnya yang terlalu lembut dan terlalu berempati.

Andil perempuan dalam kehidupan sosial saat ini sangatlah besar dan tidak dapat dikesampingkan, terutama dalam pencegahan dan penanganan COVID-19. Di tengah pandemi COVID-19, banyak perempuan yang sedang berjuang di garda terdepan melawan serangan makhluk tak kasat mata tersebut sebagai tenaga medis dan ilmuwan. Meskipun mengemban tugas domestik dan harus meninggalkan keluarga, mereka rela mengabdi dan berjuang untuk menyelamatkan nyawa orang lain.

Di sisi lain, perempuan lainnya juga turut berperan untuk memastikan kondisi kesehatan anggota keluarganya hingga membawa perubahan sosial terkait peningkatan pengetahuan dan kedisiplinan pada lingkungan sekitarnya. Dengan begitu, upaya pencegahan dan penanganan wabah COVID-19 pada kluster keluarga melalui protokol kesehatan keluarga dapat dilakukan dengan lebih efektif melalui pemberdayaan perempuan sebagai agen dalam keluarga.

Reporter : Wahdaniyyah

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *