BIOma – Beberapa tahun belakangan ini, pencapaian pendidikan di Indonesia masih sangat rendah berdasarkan standar dunia maupun nasional. Indonesia menempati posisi 7 terbawah dari hampir 80 negara dalam asesmen global Program for International Students Assessment (PISA). Guna meningkatkan pencapaian ini, pemerintah di setiap tahunnya mengalokasikan anggaran negara sebesar 20% untuk pendidikan, sesuai amanat Undang-Undang (UU).
Berdasarkan asesmen global, PISA pada tahun 2018, hanya 1 dari 3 anak Indonesia memenuhi level minimal untuk kemampuan membaca. Laporan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2015, menunjukkan 27% anak Indonesia di jenjang kelas 4 SD tidak memiliki pengetahuan metematika dasar yang memadai. Berbagai analisis di tingkat nasional juga menyebutkan bagaimana lemahnya kompetensi guru dan kebijakan pendidikan di daerah menyebabkan capaian belajar siswa Indonesia rendah. Untuk memahami lebih jauh tentang mendeknya capaian pendidikan, telah adanya penelitian terbaru untuk program Research on Improving Systems of Education (RISE) upaya melakukan analisis profil pembelajaran anak di Indonesia.
Dilansir dari laman theconversation.com, dalam melakukan analisis telah digunakan data Survei Kehidupan Keluarga Indonesia yang tersedia sampai tahun 2014. Berdasarkan analisis, terdapat tiga tren yang sangat menghawatirkan terkait capaian belajar anak Indonesia. Pertama, masih banyak anak sekolah yang tidak mampu menjawab soal berhitung yang seharusnya sudah mereka kuasai di jenjang kelas yang lebih rendah. Kedua, peningkatan kemampuan anak semakin mengecil seiring naik jenjang kelas yang ditempuh. Ketiga, saat dibandingkan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2014 dengan tahun 2000, ditemukan bahwa kemampuan berhitung anak pada tahun 2000 relatif lebih tinggi dibandingkan anak di jenjang yang sama 14 tahun kemudian. Hasil studi ini hendaknya menjadi pandangan bagi segenap pemangku kepentingan di sektor pendidikan untuk segera melakukan perbaikan.
Reporter : RM 11