BIOma – Program Kreativitas Mahaasiswa (PKM) adalah program yang sengaja dibuat oleh Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenrintek Dikti) untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa ungggul dalam berinovasi dan berkreasi menciptakan hasil riset yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Selain memberikan wadah bagi mahasiswa dalam menciptakan hasil risetnya, Kemenristek Dikti juga memfasilitasi semua kegiatan yang menjadi proses riset atau penelitin mahasiswa.
Salah satu tim PKM mahasiswa FMIPA UNM berhasil lolos pendanaan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Tahun 2021. Tim tersebut diketuai oleh Rughaya Salsabila SM dengan anggota Andi Annisa Septiana, Panji Setiawan, dan Suhardi. Tim ini mengangkat judul “Studi Efektif dan Stabilitas Sediaan Gel Antiseptik Ekstra Daun Tapak Liman (Elephantophus scaber L.)”
Penggarapan judul tersebut bukan tanpa alasan, seperti yang kita ketahui saat ini pandemi Covid-19 sedang melanda Indonesia. Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga imunitas tubuh, rajin mencuci tangan sebelum menyentuh benda, menggunakan hand sanitizer, dan menggunakan masker saat berada di luar ruangan. Untuk itu, tim ini memanfaatkan Tapak Liman (Elephantophus scaber L.) sebagai pengganti antiseptik atau handsanitizer. Karena, kebanyakan antiseptik yang tersebar di masyarakat adalah antiseptik yang mengandung alkohol sedangkan alkohol bagi sebagaian orang dapat menyebabkan iritasi kulit.
Rughaya Salsabila SM selaku ketua tim menjabarkan produk yang dibuatnya bersama tim.
“Seperti yang kita ketahui bersama, di era pandemi COVID-19 ini kita harus lebih rajin mencuci tangan. Namun, biasanya masyarakat lebih menyukai yang praktis seperti memakai hand sanitizer. tetapi permasalahan baru muncul, hand sanitizer yang beredar di masyarakat biasanya banyak mengandung alkohol, jika digunakan terus menerus dapat menimbulkan iritasi kulit. Jadi, kami peneliti berinisiatif untuk menghadirkan alternatif hand sanitizer dengan pemanfaatan daun tapak liman ini sebagai antiseptik,” tuturnya.
Rughaya Salsabila SM juga menambahkan bahwa metode dalam penelitian ini cukup sederhana dengan sedikit memodifikasi hasil eksperimen tersebut sehingga terciptalah hand sanitizer dari ekstrak daun tapak liman.
“Untuk ekstrak yang diperoleh melalui metode yang sederhana dengan menggunakan metode maserasi. Daun tapak liman yang diambil, dijadikan bubuk simplisia kemudian direndam menggunakan pelarut metanol dan difiltrasi selama 3×24 jam. Setelah itu, dilakukan evaporasi dan didapatkan ekstrak. Untuk formulasi hand sanitizer itu sendiri, hasil modifikasi tim kami melalui eksperimen. Kemudian, gel hand sanitizer dievaluasi dan dilakukan pengujian aktivitas antibakteri,” sambungnya saat diwawancara.
Reporter : RM6