BIOma – Isu vaksin Nusantara kembali menyeruak setelah pertama kali muncul pada bulan April 2021 lalu. Vaksin besutan mantan Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan yang diklaim sebagai vaksin Covid-19 berbasis dendritik pertama di dunia kabarnya telah dapat diakses oleh masyarakat. Namun, sampai saat ini belum ada aturan terkait pelaksanaannya seperti pada vaksin lainnya yakni Sinovac, Astra Zeneca, atau Moderna.
Dilansir dari laman FAJAR.co.id bahwa hasil uji klinis fase pertama vaksin Nusantara sudah sempat dievaluasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun hingga kini, belum ada kabar soal kelanjutan ke fase kedua. Kepala BPOM, Penny Lukito menegaskan pihaknya tidak menghentikan riset vaksin Nusantara. Namun, riset obat maupun vaksin memang harus memenuhi standar yang berlaku, termasuk vaksin Nusantara.
Vaksin Nusantara memang saat ini masih dalam tahap uji coba. Dilansir dari laman nasional.sindonews.com bahwa juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan vaksin Nusantara belum ada approval-nya. Tetapi, kalau ada masyarakat berminat dan bersedia dijadikan subjek penelitian vaksin ini, ya bisa saja. Silakan. Tapi karena statusnya masih penelitian, maka keterlibatan mereka terbatas sebagai subjek uji coba. Artinya, mereka harus siap menerima semua konsekuensi penelitian, bisa menguntungkan dan bisa berbahaya bagi tubuh. Jadi pernyataan juru bicara Kemenkes perlu diperjelas bahwa memang vaksin ini telah dapat diakses oleh masyarakat tetapi dalam kapasitas subjek uji coba.
Proses pembuatan vaksin Nusantara berbeda dengan vaksin lainnya. Vaksin Nusantara disebutkan menggunakan pendekatan sel dendritik dan tidak memasukkan virus corona nonaktif ke tubuh penerima vaksin. Menurut paparan anggota Tim Peneliti Vaksin Nusantara FK Undip/RSUP dr Kariadi, Yetty Moevieta Nency mengatakan bahwa vaksin ini dibuat melalui sejumlah tahap, di antaranya (1) Mengambil darah dari tubuh seorang pasien yang kemudian darah tersebut akan dipisahkan antara sel darah putih dan sel dendritik (sel pertahanan, bagian dari sel darah putih), (2) Sel dendritik akan dipertemukan dengan rekombinan antigen di laboratorium sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal virus penyebab Covid-19 SARS-Cov-2, (3) Setelah sel berhasil dikenalkan dengan virus corona, maka sel dendritik akan kembali diambil untuk disuntikkan ke dalam tubuh pasien yang sama dalam bentuk vaksin. Dengan ini pasien memiliki antibodi yang baik melawan virus Covid-19.
Dilansir dari laman KOMPAS.com, berikut ini kelebihan dari vaksin Nusantara, meliputi : (1) Vaksin yang dibuat dalam negeri, kit dirakit dan didistribusikan oleh perusahaan lokal, (2) Lebih dari 90% komponen kit dibuat perusahaan lokal, (3) Produksinya tidak membutuhkan biaya peningkatan skala, karena bisa dibuat tanpa memerlukan pabrik, cukup dibuat di tempat pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit, (4) Harganya murah dan bersaing, diperkirakan sekitar 10 dollar AS atau sekitar Rp. 140.000, (5) Tidak ada vaksin cadangan yang terbuang karena dibuat dari sel darah seseorang dan akan diterima oleh orang yang sama ketika sudah menjadi vaksin, (6) Biaya pengiriman rendah, karena tidak membutuhkan alat penyimpanan dengan suhu yang rendah, (7) Cocok untuk kondisi medis yang vaksin lain tidak bisa mencakupnya, (8) Mudah diadaptasikan untuk patogen yang baru, misalnya virus mengalami mutasi.
Reporter : Rahma Zafirah