Eߣ Accera’ Kalompoang: Tradisi Masyarakat Gowa sebagai Penolak Bala – LPM BIOma HMJ Biologi FMIPA UNM
Eksplorasi Budaya Accera’Kalompoang (Doc. Ist)

BIOma – Accera’ Kalompoang merupakan upacara ritual kerjaan Gowa yang penting dilakukan karena anggota kerajaan percaya hal itu dapat membuat makmur dan tenteram masyarakat Gowa ke depannya. Kalompoang adalah benda-benda tanda kebesaran dari kesatuan pemerintahan atau kerajaan, baik berupa senjata, perhiasan, maupun alat rumah tangga yang diberikan kepada gaukang (benda-benda pusaka dari Kalompoang). Benda pusaka itu memiliki ciri yang khas, sehingga benda itu dianggap benda titisan, suci, dan memiliki kekuatan gaib. Masyarakat mempercayainya sebagai pelindung jiwa. Benda sakti itu dapat berupa Salokoa (mahkota raja) dan Sudanga (berupa pedang).

Beberapa tahapan pada tradisi upacara “Accera’ Kalompoang” di antaranya : (1) Annangkasi atau membersihkan, (2) Annyossoro’ atau meluluhkan  dan (3) Accera’ atau memberikan cairan darah kerbau jantan pada benda-benda tertentu. Adapun pelaksanaan teknis dari tradisi ini yaitu dilaksanakan oleh keluarga raja, pemerintah daerah, kerabat raja, tokoh agama, adat, budaya, tokoh masyarakat pendamping raja, dan kelompok bati salapang (dewan pemangku adat).

Cairan darah yang digunakan harus merupakan cairan darah jantan yang sehat dan tidak cacat. Tradisi yang dilaksanakan di halaman Museum Balla Lompoa ini pada puncak rangkaian upacara, dilakukan ritual “penimbangan” terhadap mahkota raja (Salokoa). Penimbangan ini adalah peristiwa yang sangat sakral dengan latar belakang kepercayaan bahwa jikalau volume berat hasil timbangan mahkota raja (Salokoa) mengalami kenaikan, dipercaya sebagai tanda bahwa kehidupan masyarakat dan daerah Gowa akan makmur dan berkembang, sebaliknya jika volume hasil timbangan mahkota raja menurun dipercaya akan ada malapetaka yang akan menimpa daerah Gowa dengan segala dampak buruk yang ditimbulkannya bagi masyarakatnya. Begitu sakral dan pentingnya upacara itu, maka mulai dari proses upacara harus dilakukan sebaik dan selengkap mungkin.

Berdasarkan penuturan dari Jufri selaku narasumber dari Eksplorasi Budaya yang diadakan oleh Kingdom Lab Art bahwa nilai yang terkandung dalam tradisi ini yaitu : nilai patriotisme, harmonisasi, dan pengenalan budaya dalam membentuk kepribadian dari masyarakat. Tradisi ini dilaksanakan setelah hadirnya penguasa pertama yaitu Karaeng Sanjaya Ri Gowa pada awal abad ke-14. Namun pada pelaksanaan tradisi ini, orang-orang yang hadir hanya terbatas.

Reporter: Muthi’ah Amaliyah Ahmad

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *