BIOma – Media Sosial sebagai sarana komunikasi menjadi platform yang banyak digandrungi anak muda hingga dewasa. Kemampuannya dalam memudahkan manusia berinteraksi jarak jauh menjadi alasan melonjaknya pengguna media sosial. Bukan hanya sebagai sarana berkomunikasi, media sosial juga saat ini banyak digunakan sebagai sarana berbisnis, mencari hiburan, menyalurkan bakat, dan yang lainnya sehingga menjadikan media sosial sebagai platform multifungsi yang digemari banyak orang.
Bagai halnya pisau bermata dua, media sosial tidak hanya menawarkan kemudahan-kemudahan untuk manusia. Namun, juga dapat memberikan berbagai dampak buruk kepada penggunanya, terutama pada kesehatan mental seseorang. Banyaknya manfaat media sosial menjadikan penggunanya cenderung mempergunakan secara berlebihan hingga menimbulkan kecanduan. Selain itu, tak sedikit orang yang depresi dikarenakan media sosial. Oleh karena itu, saat ini muncul tren yang disebut “Detoks Sosmed”.
Detoks Sosmed atau Detoks Sosial Media merupakan upaya dalam membatasi diri dalam penggunaan media sosial yang berlebihan baik bersifat sementara maupun secara permanen. Istilah ini muncul setelah adanya tren detoks digital yang kemudian dispesifikkan pada penggunaan media sosial.
Dilansir dari laman tekno.sindonews.com, hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka mendetoks diri dari dampak buruk media sosial, yaitu: 1) Menentukan durasi detoks sosial media, 2) Menghapus permanen aplikasi media sosial selama detoks media sosial, 3) Melakukan berbagai kegiatan positif, dan 4) Menulis pengalaman dan perubahan selama melakukan detoks media sosial.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga turut serta dalam mengampanyekan pentingnya detoks media sosial ini. Melalui akun instagram @kemdikbud.ri, Kemendikbud menyampaikan beberapa manfaat melakukan detoks media sosial, diantaranya; (1) Dapat memperbaiki kualitas tidur, (2) Mencegah gangguan kecemasan, (3) Memperbaiki suasana hati, dan (4) mencegah diri untuk selalu bertindak kompetitif.
Reporter: Amelia Meiriska