BIOma – Seorang penderita penyakit jantung parah, David Bennett Sr (57 tahun), meninggal dunia (08/03) setelah dua bulan melakukan transplantasi organ jantung hewan (babi) yang telah dimodifikasi secara genetik pada Januari lalu. Bannett merupakan pria pertama yang setuju menjalani prosedur yang sangat berisiko dan melakukan xenotransplantasi.
Xenotransplantasi atau disebut transplantasi dari binatang ke manusia merupakan transplantasi dari sel, jaringan, ataupun organ yang masih berfungsi baik untuk kehidupan dari satu spesies ke spesies lainnya, contohnya dari hewan babi ke manusia. Penelitian xenotransplantasi menjadi salah satu penelitian yang paling penting di peradaban modern. Alasan utama penelitan ini ialah minimnya jumlah donor dari manusia.
Dilansir dari tekno.tempo.co bahwa dalam transplantasi terhadap Bennett, Revivicor (perusahaan bioteknologi di Amerika serikat) secara keseluruhan telah merekayasa 10 gen pada babi. Sebanyak empat di antaranya direkayasa dengan cara dilumpuhkan, termasuk satu yang dapat memicu respons imun agresif pada pasien penerima. Kemudian, satu gen yang dibuat inaktif adalah yang dapat memacu jantung babi itu terus tumbuh setelah dicangkokkan. Sebaliknya, untuk memperkuat daya terima tubuh Bennett atas organ asing itu, sebanyak enam gen disusupkan ke genom jantung babi tersebut. Bennett pun juga diberikan obat-obatan yang dapat meredam respons imun tubuhnya.
Para peneliti mengklaim bahwa transplantasi antar-spesies ini dapat bertahan dalam 15 tahun. Namun, setelah 2 bulan pencangkokan organ tersebut, kondisi Bennett terus mengalami penurunan. Belum diketahui secara pasti penyebab kematian Bennett. Keterangan juru bicara dari University of Maryland Medical Center hanya mengatakan kepada The New York Times bahwa tim dokter akan mengevaluasi penuh dan mempublikasikan hasilnya kemudian.
Reporter: Putri Ramadhani Sakaria