Ilustrasi pertumbuhan anak (Doc. Int)

BIOma – Kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab bencana di berbagai Negara berkembang, termasuk Indonesia. Kekurangan gizi terjadi ketika tidak ada nutrisi yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan yang dapat memengaruhi fungsi tubuh. Kondisi ini menyebabkan berbagai gangguan kesehatan salah satunya stunting.

Menurut World Health Organization (WHO) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut usia yang kurang dari 2 Standar Deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversible akibat asupan nutrisi yang tidak memadai dan infeksi berulang atau kronis yang terjadi dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting mulai terjadi ketika janin masih dalam kandungan (9 bulan 10 hari). Stunting akan terlihat pada anak saat menginjak usia dua tahun, yang mana tinggi rata-rata anak kurang dari anak seusianya.

Dilansir dari laman hellosehat.com, Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa dikenali, yaitu: (1) Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, (2) Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat, (3) Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk, (4) Pubertas yang lambat, (5) Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya, (6) Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya. Maka dari itu, Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia bukan hanya menggangu pertumbuhan fisik tetapi juga menganggu perkembangan otak yang akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi anak.

Dikutip dari laman Kemenkes.go.id, Budi Gunadi menyebutkan ada tiga upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan untuk mencegah stunting di Indonesia, yaitu (1) pemberian tablet tambah darah bagi para remaja putri, (2) Pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil, (3) Pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan.

Dalam meningkatkan kepedulian terhadap ketercukupan dan keseimbangan gizi, maka diharapkan juga masyarakat lebih memahami dan menerapkan sikap preventif untuk membangun generasi penerus yang bebas dari ancaman stunting. Melalui gizi yang tercukupi dan juga seimbang, kesehatan tubuh dapat lebih terjaga sehingga berdampak pada peningkatan kualitas SDM yang lebih maksimal.

Reporter : Magfirah Hidayat

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *