Ilustrasi Pandemi Virus Marburg (Doc. Int)

BIOma – Baru-baru ini telah muncul varian virus baru, yaitu Virus Marburg yang sebelumnya dikenal dengan nama Demam Berdarah Marburg (DBM) mirip dengan Virus Ebola mematikan. Wabah ini ditelusuri pertama kali berasal dari kera hijau Afrika yang diimpor dari Uganda.

Wabah Virus Marburg diketahui pertama kali terjadi pada 1967, ketika sebanyak 31 orang terinfeksi, tujuh di antara mereka meninggal secara bersamaan di Kota Marburg dan Frankfurt, Jerman, dua kasus lainnya terjadi di Serbia. Seseorang biasanya terinfeksi setelah terpapar di gua atau tempat koloni Kelelawar Rousettus.

Kelelawar Rousettus adalah inang alami virus Marburg. Virus ini menyebar dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan darah, organ, sekresi, atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi. Penularan virus Marburg juga dapat terjadi akibat alat injeksi yang terkontaminasi atau luka tusukan jarum.

Dikutip dari CNN Indonesia.com, Dinas Kesehatan Valencia, Spanyol, mengumumkan mereka mendapati temuan satu kasus suspek virus Marbug pada sabtu 25 Februari 2023. Kasus suspek pertama Marburg di Spanyol ini adalah seorang pria berusia 34 tahun yang baru bepergian ke Guinea Ekuator. Sementara itu, Guinea Ekuator sudah mengarantina lebih dari 200 orang dan melakukan pembatasan di provinsi Kientem. Provinsi tersebut adalah lokasi pertama virus Marburg yang terkonfirmasi pada 7 februari, kemudian ada 24 kasus suspek pada 24 februari dengan Sembilan diantaranya meninggal.

Dilansir dari Newsindonesia.com, ada beberapa gejala yang ditimbulkan dari virus ini, yaitu demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Gejala ini setelah tiga hari akan diikuti dengan diare, sakit perut, mual, dan muntah-muntah. Selain itu, WHO juga mengatakan penampakan dari pasien pada fase ini digambarkan seperti perwujudan hantu dengan mata cekung, wajah tanpa ekspresi, dan kelesuhan yang ekstrem.

Saat ini, belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah Marburg, meskipun salah satunya masih dalam tahap awal pengembangan. Sebaliknya, pencegahan virus Marburg berpusat pada teknik perawatan penghalang (seperti alat pelindung diri yang digunakan untuk mencegah Ebola), membatasi kontak fisik dengan orang yang terinfeksi serta menghindari hewan yang mungkin membawa virus Marburg.

Seorang epidemiolog mengatakan kasus virus Marburg semakin intensif dan membuka potensi yang semakin meluas menjadi pandemi, sementara sistem kesehatan Indonesia disebut rawan. Ahli kesehatan mendorong komitmen anggaran pemerintah pada tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan untuk melakukan langkah mitigasi. Pemerintah Indonesia berencana akan memberikan perhatian lebih kepada pelaku perjalanan negara Guyana Ekuatorial dan Kamerun.

Reporter: Isna Fitriani

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *