BIOma – World Health Organization (WHO) melakukan pemantauan pada varian COVID-19 terbaru yakni Arcturus. Pemantauan tersebut dilakukan pada akhir Maret dengan menemukan fakta bahwa varian Arcturus merupakan varian yang paling menular. Varian Arcturus ini juga dilaporkan memiliki gejala yang berbeda dari varian Omicron lainnya. Varian ini telah terdeteksi di Indonesia.
Dikutip dari ameera.republika.co.id, varian Arcturus ini memicu lonjakan di banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Singapura, dan Australia. Indonesia pun telah mencatat dua kasus Covid-19 akibat infeksi Arcturus.
Dikutip dari health.detik.com, terdapat beberapa gejala yang disoroti dari varian ini, di antaranya 1) Konjungtivitis (mata merah dan gatal), 2) Batuk, 3) Demam tinggi, 4) Sakit tenggorokan, 5) Nyeri badan, 6) Gangguan pencernaan, dan 7) Pilek.
Sebuah studi pracetak dari para ilmuwan di University of Tokyo di Jepang mendeteksi varian tersebut menyebar sekitar 1,17 hingga 1,27 kali lebih efisien daripada varian lainnya. Oleh karena itu, varian ini akan menyebar ke seluruh dunia dalam waktu dekat dan tampaknya kuat melawan antibodi dibandingkan varian virus lainnya yang menjadi penyebab Covid-19.
Dikuti dari ameera.republika.co.id, Epidemiolog Universitas Andalas Padang, Defriman Djafri mengatakan cara paling mudah untuk melindungi diri dari Covid-19 varian Arcturus adalah dengan menerapkan protokol kesehatan. Utamanya, harus memakai masker dengan benar dan Djafri juga memberikan tips bagi masyarakat agar selalu menjaga imunitas tubuh karena varian Arcturus mampu menghindari respons kekebalan tubuh.
Reporter: Nur Nazhifah Ady Putri