Green Honeycreeper (Chlorophanes spiza) (Doc. Int)

BIOma – Green Honeycreeper (Chlorophanes spiza) adalah salah satu spesies burung yang memiliki karakteristik hijau yang indah dan unik dengan ukuran antara 10-12 cm. Burung ini merupakan salah satu anggota keluarga tanur-tanur (Thraupidae) yang umum ditemukan di Amerika Selatan.

Umumnya, burung ini memiliki ciri warna khas biru pada Green Honeycreeper jantan, sedangkan pada betina berwarna hijau zamrud. Namun seorang ahli burung amatir, John Murillo, melihat seekor burung Green Honeycreeper dengan bulu di bagian kirinya berwarna hijau seperti green honeycreeper betina, sedangkan di sisi kanannya berwarna biru ciri khas jantan.

Murillo menemukan burung istimewa ini di Cagar Alam Don Miguel yang terletak 10 kilometer dari Kota Manizales. Individu burung yang baru ditemukan ini merupakan yang kedua dalam spesiesnya yang pernah tercatat menunjukkan sifat tersebut. Fenomena ini disebut gynandromorphism bilateral. Kasus kali ini adalah yang pertama untuk lebih dari 100 tahun.

Dilansir dari laman Kompas, “Gynandromorph bilateral adalah kondisi di mana satu sisi organisme menunjukkan karakteristik jantan dan betina di sisi lainnya”. Kalimat ini dikutip dari artikel bertajuk Report of Bilateral Gynandromorphy in a Green Honeycreeper (Chlorophanes spiza) from Colombia yang dimuat di Jurnal Bidang Ilmu Ornitologi yang berspesialisasi di cabang ilmu mempelajari tentang unggas. Spencer, Murillo, dan beberapa penulis lain berkontribusi di karya ilmiah tersebut.

Dikutip dari laman bbc.com, Spencer menuturkan bahwa perbedaan warna bulu yang mencolok antara jantan dan betina pada burung sebenarnya lebih dipengaruhi oleh susunan kromosom pada sel-sel lokal di sekitar bulu, bukan karena perbedaan hormon secara menyeluruh di tubuhnya.

Kondisi ini sebelumnya sudah ditemukan pada serangga, khususnya kupu-kupu, krustasea, laba-laba, bahkan kadal dan hewan pengerat. Spencer menjelaskan bahwa fenomena ini muncul dari kesalahan pada proses pembelahan sel dari tubuh betina ketika menghasilkan telur, diikuti pembuahan ganda dua sperma yang berbeda.

Ahli Ornitologi amatir, John Murillo awalnya melihat burung itu antara Oktober 2021 dan Juni 2023. John, Spencer, dan rekan-rekannya mengamati burung tersebut beberapa kali dan baru-baru ini menerbitkan temuan mereka di Journal of Field Ornithology.

Para peneliti memperkirakan bahwa burung honeycreeper tersebut mungkin tidak bereproduksi, meskipun mereka cenderung hidup sendiri dan tidak menunjukkan perilaku kencan atau pembentukan pasangan. Meskipun para ilmuwan tidak berhasil menangkap burung tersebut, para ilmuwan menduga bahwa organ dalamnya mungkin terbagi antara jantan dan betina di bagian tengah tubuhnya. Hipotesis ini didasarkan pada pengetahuan bahwa perkembangan organ seks burung biasanya terkait dengan kromosom sel daripada hormon yang tersebar di seluruh tubuhnya.

Reporter:  Khusnul Khatimah

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *