BIOma – Back to Muslim Identity Community (BMI) telah mengadakan kegiatan kajian kontemporer yaitu ACTIVOICE dengan mengangkat topik “PTN-BH: Level Up Pendidikan, Benarkah“. Kegiatan ini berlangsung di Banana Coffee (BACO) House, pukul 16.00 WITA, Jumat (29/03).
Adapun pemantik yang dihadirkan pada kajian kali ini, yaitu Wanda selaku Sekretaris Divisi Pendidikan dan Kebudayaan HMPS ACCESS FBS UNM dan Fajrianti Halik yang merupakan Aktivis BMI Community, serta dipandu langsung oleh Maulina Alzagrib selaku Aktivis Mahasiswa.
Melalui pemaparannyaa, Wanda menuturkan bahwa status PTN-BH berarti menjadikan otonomi universitas dipegang oleh universitas itu sendiri dan tidak bergantung lagi pada pemerintah. Segala hal keuangan, perindustrian, administrasi akan ditanggung oleh universitas.
Selanjutnya, Fajrianti selaku pemantik pada kegiatan ini juga menekankan bahwa saat universitas berstatus PTN-BH, bantuan pemerintah masih tetap ada tetapi akan semakin berkurang.
“Kita semua tahu bahwa hampir 70% dari dana pemerintah, dan jika kita sudah berstatus PTN-BH, maka akan berkurang menjadi 30% dan semakin lama berstatus PTN-BH, maka itu akan semakin berkurang bahkan bisa hingga 0,” pungkasnya.
Ia juga memaparkan bahwa tujuan dari PTN-BH yaitu untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Selain itu, terdapat beberapa keuntungan jika universitas berstatus PTN-BH, yaitu (1) Fleksibilitas kemitraan dengan industri, (2) Kebebasan untuk mengangkat dosen dan tenaga kependidikan, (3) Keleluasaan untuk mengembangkan fasilitas akademik dan non akademik, dan (4) Otonomi untuk mengatur keuangan dan memiliki aset penuh.
Selain beberapa persyaratan yang harus dipenuhi universitas untuk menyandang status PTN-BH, Pemerintah juga telah mensyaratkan bahwa minimal 80% program studi harus terakreditasi unggul untuk bisa menyandang status PTN-BH. Namun, di Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 direvisi menjadi 60%.
Melalui kajian ACTIVOICE ini juga, para peserta saling bertukar pikiran dan diskusi terkait akar masalah dan solusi dari isu PTN-BH yang juga dikaji melalui sudut pandang Islam.
Reporter: Nurazmi Maulida & Chacha Cahyani