BIOma – Philipus Joko Pinurbo, dikenal luas sebagai Joko Pinurbo, adalah penyair terkemuka Indonesia yang lahir di Sukabumi pada tanggal 11 Mei 1962. Bersama istrinya Nurnaeni Amperawati Firmina, mereka memiliki dua anak Paska Wahyu Wibisono dan Maria Azalea Anggraeni. Joko, putra dari Sumardi dan Ngasilah, telah menunjukkan ketertarikan dalam menulis sejak usia dini.
Sejak duduk di bangku SMA, Joko Pinurbo atau akrab disapa Jokpin sudah menunjukkan kecintaannya pada puisi. Lalu ia memutuskan untuk menempuh pendidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma Yogyakarta, dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Ia kemudian menempuh pendidikan tinggi di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang sekarang dikenal sebagai Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Joko memulai keterlibatannya dalam sastra dengan berkontribusi pada antologi bersama yang berjudul “Tugu” pada tahun 1986.
Setelah lulus kuliah, Jokpin sempat menjadi dosen di almamaternya. Lalu namanya mulai dikenal masyarakat berkat puisi Celana (1999). Sejak saat itu, Jokpin hadir dengan puisi- puisi yang fenomenal dengan ciri khasnya sendiri, yakni gaya romantis, satir, dan humor yang jenaka.
Adapun puisi yang pernah ditulis Joko Pinurbo adalah Kekasihku, Di Bawah Kibaran Sarung, Selamat Menunaikan Ibadah Puisi, Epigram 60, dan Buku Latihan Tidur. Juga dengan banyak penghargaan yang diraih, yaitu (1) Puisi Terbaik Dewan Kesenian Jakarta (2001), (2) Hadiah Sastra Lontar (2001), (3) South East Asian (SEA) WriteAward (2014), (4) Khatulistiwa Literary Award lewat buku, Kekasihku, dan (5) Diundang membaca puisi di festival sastra seni Winternachten, Belanda (2022).
Penghargaan lainnya termasuk Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan Ocean Write Award (2014). Joko juga menerima Anugerah Kebudayaan dari Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Karya Joko Pinurbo telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan diadaptasi ke dalam musikalisasi puisi, menunjukkan jangkauan dan pengaruhnya yang luas di luar Indonesia.
Reporter : Alya Fikriyah Anwar