BIOma – Beredarnya video mengenai mahasiswa yang diperlakukan kurang baik oleh dosen dikarenakan mempersoalkan Almamater UNM, Dirga sebagai mahasiswa yang didorong menjelaskan kronologi kejadian tersebut. Kejadian ini terjadi di Lantai 3 Menara Pinisi UNM, Senin (08/07).
Dirga menjelaskan bahwa ia yang merupakan bagian dari Aliansi Mahasiswa UNM bermaksud ingin berdialog dengan Rektor terkait lima isu.
“Sebenarnya kami ingin membicarakan lima hal ke Pak Rektor. Soal kewajiban beli almamater, kewajiban KMD Pramuka di PGSD UNM, SK Peninjauan UKT, IPI, dan website pendaftaran ulang mahasiswa baru yang error,” ucap mahasiswa yang tampak dibentak dan didorong dalam cuplikan video tersebut.
Dirga menjelaskan bahwa mereka awalnya naik ke Kantor Rektor di lantai 7, tetapi karena Rektor tidak ada, mereka diberitahu oleh staf khusus bahwa Rektor sedang ada acara di lantai 3. Setelah menunggu lama tanpa kepastian, mereka memutuskan untuk turun ke lantai 3 dan menunggu di depan Ruang Keuangan.
“Awalnya kami naik ke kantornya di lantai 7, akan tetapi Rektor tidak ada di ruangan. Saat bertanya ke staf Rektor, mereka menyampaikan kalau Rektor lagi ada acara di lantai 3. Karena sudah lama menunggu dan tidak ada kepastian, makanya kami langsung turun untuk menunggu di lantai 3,” tambah mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar ini.
Ia pun menjelaskan lebih lanjut saat Rektor telah keluar dari ruangan.
“Saat Rektor keluar ruangan, ia sempat menyinggung soal aspirasi mahasiswa. Saat saya meminta izin berbicara, Rektor langsung menuduh saya soal video aspirasi mahasiswa yang sebelumnya juga sempat viral di UNM. Namun setelah itu, dialog berjalan lancar, namun kami tidak selesai-selesai menyampaikan aspirasi karena selalu dipotong saat berbicara,” jelas Dirga.
Dirga mengaku bingung karena situasi menjadi memanas meski mereka berbicara sopan dan tanpa emosi. Rektor meminta mereka menunjukkan korban yang keberatan dengan kewajiban membeli almamater, dan mereka kemudian bertemu di dekat tangga. Dirga hendak menyerahkan hasil kajian terkait kewajiban KMD di Jurusan PGSD, tetapi Rektor hanya mau menerima dokumen berisi nama-nama orang yang terdampak.
“Di situ saya hendak memberikan hasil kajian soal kewajiban KMD di Jurusan PGSD, akan tetapi ditolak. Rektor beralasan hanya menerima dokumen yang berisi nama-nama orang (terdampak dan keberatan),” kata Dirga.
Saat inilah Dirga dibentak dengan berbagai perkataan yaitu “calo’” dan “provokator”. Pihak birokrat menyebut bahwa jika ingin menyampaikan aspirasi harus melalui Lembaga Kemahasiswaan (LK).
“Mereka tidak percaya kalau saya mahasiswa, jadi Rektor minta KTM saya,” tambahnya.
Sebelum memberikan KTM, Rektor sempat menerima dokumen yang hendak diberikan Dirga di awal. Saat Dirga dipaksa pulang, beberapa temannya yang lain dibawa ke Ruang Rektor untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Dirga mengungkapkan bahwa ia merasa bingung akan perlakuan yang telah ia terima.
“Jujur saya bingung mengapa kami diperlakukan seperti itu. Padahal kami hanya menyampaikan beberapa hal secara baik-baik ke Pak Rektor,” ucap Dirga.
Ia berharap berbagai masalah yang disampaikan dapat ditindaklanjuti oleh Rektor UNM. Selain itu, Dirga menyebut bahwa Aliansi Mahasiswa UNM akan tetap menindaklanjuti semua aspirasi mahasiswa.
Reporter: Nurul Humairah & Irhamna Mawarni