BIOma – Aksi demonstrasi atas penolakan dinasti politik dan mengembalikan kedaulatan di tangan rakyat telah digelar dan diikuti oleh ratusan warga dari berbagai latar belakang, termasuk mahasiswa se-Kota Makassar. Aksi ini digelar di Flyover Pettarani, Senin (26/08).
Aksi ini merupakan bentuk penolakan dan pengadilan atas dinasti politik oleh Jokowi yang dianggap mengabaikan kedaulatan rakyat.
Hasrul, Presiden BEM Universitas Negeri Makassar (UNM) menjelaskan bahwa aksi ini bertujuan untuk mengawal urgensi isu, yaitu penolakan dan pengadilan dinasti politik oleh Jokowi yang mengabaikan kedaulatan rakyat.
“Isu yang kami angkat di aksi kedua ini lebih luas, bukan lagi berbicara hanya tentang mengawal keputusan Mahkamah Konstitusi (MK). Kami membawa isu utama Tolak Dinasti Politik, Adili Jokowi, dan Kembalikan Kedaulatan di Tangan Rakyat,” jelasnya.
Hasrul juga menyampaikan alasannya mengangkat isu tersebut sebagai bentuk akumulasi dari semua persoalan yang ada di Indonesia, yaitu pembungkaman demokrasi, pembatasan kebebasan berekspresi, pendidikan yang kian mahal, perampasan ruang hidup yang terjadi dimana-mana, dan masih banyak lagi problematika lainnya.
“Kami mengangkat isu tersebut karena mengakumulasi semua persoalan yang ada di Indonesia, kami menganggap bahwa yang bertanggung jawab sepenuhnya adalah Presiden Joko Widodo selaku pucuk pimpinan di negara ini,” pungkasnya.
Hasrul juga menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukan setelah aksi tersebut.
“Untuk tindak lanjutnya, kami akan melakukan evaluasi gerakan yang telah kami lakukan karena kami berkomitmen bahwa gerakan ini akan jangka panjang kedepannya,” jelasnya.
Presiden BEM UNM tidak memiliki harapan terhadap pemerintah, sebaliknya ia hanya mengungkapkan rasa pesimisnya terhadap pemerintahan di bawah kepemimpinan Jokowi.
“Selama masih dipimpin oleh Rezim Jokowi beserta antek-anteknya, sepertinya sudah sangat pesimis untuk berharap lebih. Kita sudah muak terhadap segala bentuk kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat melainkan hanya menguntungkan para oligarki-oligarki,” harapanya.
Reporter: Alya Fikriyah Anwar & Magvira