BIOma – Media sosial kini menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Namun, paparan informasi yang melimpah, terutama konten ringan yang berlebihan, dapat menimbulkan efek negatif seperti yang dikenal dengan istilah “brain rot”.
Kamus Oxford memilih “brain rot” sebagai Word of the Year 2024 berdasarkan hasil pemungutan suara yang melibatkan lebih dari 37.000 orang. Istilah ini mencerminkan kekhawatiran terhadap dampak konsumsi konten daring, khususnya konten berkualitas rendah, dalam jumlah yang berlebihan.
Secara harfiah, “brain rot” berarti “pembusukan otak”, tetapi istilah ini tidak merujuk pada kerusakan fisik. Sebaliknya, “brain rot” menggambarkan penurunan kondisi mental atau intelektual yang disebabkan oleh konsumsi materi secara berlebihan, terutama konten receh atau kurang bernilai. Kebiasaan ini sering kali memicu penurunan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan pemrosesan informasi.
Penyebab utama brain rot antara lain, adalah (1) Konsumsi media berlebihan, akses informasi secara terus-menerus tanpa batasan, (2) Pikiran Nngatif dan stres berkepanjangan, paparan konten negatif yang mengganggu keseimbangan emosional, (3) Ketergantungan teknologi, kurangnya keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata, dan (4) Minimnya aktivitas positif, tidak adanya stimulasi mental yang sehat dan produktif.
Adapun dampak jangka panjang, “brain rot” dapat memicu kecemasan, depresi, dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti produktivitas, hubungan sosial, serta kesejahteraan emosional. Meski tidak diakui secara medis, fenomena ini mencerminkan masalah nyata di era digital. Untuk melindungi kesehatan mental dan fungsi kognitif, berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan, yaitu (1) Batasi penggunaan media sosial, (2) Lakukan olahraga dan jalin interaksi sosial untuk keseimbangan mental, (3) Cari hobi baru yang merangsang otak, seperti membaca, menulis, atau seni, (4) Meditasi dan mindfulness, (5) Tidur berkualitas, (6) Kurangi paparan berita negatif, dan (7) Pererat hubungan sosial.
Menjaga kesehatan mental adalah upaya yang berkelanjutan. Penting untuk secara berkala mengevaluasi kebiasaan digital dan melakukan penyesuaian yang diperlukan agar teknologi tetap menjadi alat yang mendukung, bukan sumber stres atau gangguan kognitif.
Jika dampak “brain rot” dirasa semakin berat, segera konsultasikan dengan konselor atau terapis profesional untuk mendapatkan bantuan dan strategi tambahan. Dengan kesadaran dan langkah yang tepat, kita dapat mengatasi tantangan ini dan menjaga kesehatan mental yang optimal di tengah era digital.
Reporter : Salsabilah & Nur Aisyah