BIOma – Fenomena seseorang yang mengalami kondisi “terbangun namun tidak bisa bergerak” selalu ramai diperbincangkan di media sosial dan menarik perhatian publik. Banyak pengguna mengaku pernah mengalami keadaan ini, di mana mereka sadar sepenuhnya tetapi tubuh tidak dapat digerakkan. Kondisi ini kerap disertai rasa takut, napas terasa berat, serta sensasi seperti ada sosok lain di sekitar mereka.
Beragam spekulasi bermunculan di kalangan warganet, mulai dari penjelasan bernuansa mistis hingga dikaitkan dengan gangguan supranatural. Namun, pakar kesehatan menegaskan bahwa kondisi tersebut merupakan sleep paralysis atau kelumpuhan tidur, yang memiliki penjelasan ilmiah secara medis.
Sleep paralysis terjadi saat seseorang berada pada fase peralihan antara tidur dan terjaga. Pada kondisi ini, otak telah sadar, tetapi otot tubuh masih berada dalam fase kelumpuhan yang lazim terjadi saat tidur REM (Rapid Eye Movement).
Dikutip dari Cleveland Clinic, sleep paralysis merupakan kondisi ketika kesadaran bangun muncul lebih cepat dibandingkan kemampuan tubuh untuk bergerak. Akibatnya, penderitanya merasa sadar tetapi tidak dapat berbicara atau menggerakkan tubuh selama beberapa detik hingga beberapa menit.
Berdasarkan wawancaranya dengan Health.detik.com, dr. Daniel Thomas Suryadisastra, Sp.N, RPSGT, menjelaskan bahwa fenomena ini berkaitan dengan ketidaksinkronan antara otak dan tubuh.
“Ketika seseorang mengalami sleep paralysis, otaknya terbangun sebelum tubuh bisa keluar dari keadaan lumpuh ini,” jelas dr. Daniel.
Penjelasan serupa juga disampaikan dalam artikel Detik.com. Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa masyarakat sering kali salah mengartikan fenomena ini.
“Sleep paralysis, atau yang dikenal masyarakat dengan istilah ketindihan, kerap kali dikaitkan dengan hal-hal mistis, seperti ditindih oleh makhluk kasat mata,” tulis laporan tersebut.
Sementara itu, Kompas.com melaporkan bahwa banyak masyarakat melaporkan pengalaman tidak dapat bergerak saat terbangun, disertai halusinasi visual maupun auditori. Kompas menegaskan bahwa fenomena ini merupakan mekanisme biologis yang wajar, bukan kejadian supranatural.
Dilansir dari Sleep Foundation, kondisi ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti pola tidur tidak teratur, kurang istirahat, stres, hingga posisi tidur terlentang terlalu lama. Meskipun terasa menakutkan, sleep paralysis umumnya tidak berbahaya secara fisik.
Lebih lanjut, DetikHealth mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola tidur yang baik, menjaga kesehatan mental, serta menghindari kebiasaan begadang agar kondisi ini tidak sering terjadi.
Kini, sleep paralysis menjadi salah satu topik yang paling banyak dibahas di media sosial. Fenomena ini sekaligus membuka ruang edukasi bahwa kondisi yang kerap dianggap mistis tersebut sejatinya memiliki penjelasan ilmiah yang dapat dipahami secara rasional.
Reporter: Nadya & Risdayanti
![]()

