BIOma — Tumpukan sampah yang menggunung di tepi Jalan Mallengkeri Raya, tepat di depan Kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) Parangtambung, seringkali menyebarkan bau tak sedap khususnya bagi mahasiswa. Lokasi yang sebenarnya bukan merupakan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) itu telah lama menjadi area pembuangan liar oleh segelintir masyarakat.
Pantauan di lapangan menunjukkan berbagai jenis sampah berserakan, mulai dari plastik, kardus, sisa makanan, hingga material berbahaya seperti pecahan kaca. Beberapa warga bahkan menyebutkan pernah ditemukan bangkai hewan di area tersebut. Kondisi ini menimbulkan bau tak sedap dan mengganggu aktivitas warga, mahasiswa, maupun pedagang di sekitar lokasi.
Salah satu alumni yang tinggal di area Laboratorium Kebun Percobaan Biologi (LKPB), Ali Baba, menyampaikan keresahannya. Ia mengatakan bahwa penumpukan sampah sudah berlangsung lama dan sering diabaikan meski telah diberikan peringatan.
“Kondisi ini sangat meresahkan karena di depan LKPB sebenarnya bukan tempat pembuangan sampah. Banyak masyarakat dari luar yang buang sampah sembarangan di area tersebut, kemudian selalu menumpuk dan sering kali dibakar. Sudah sering saya ingatkan, bahkan membuat peringatan dalam bentuk lisan maupun tertulis, tapi tidak diindahkan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa dampak lingkungan dari persoalan ini sangat serius, terutama saat musim hujan.
“Dampaknya nanti pasti kembali ke masyarakat sekitar. Saat banjir, sampahnya bisa berserakan naik ke jalanan. Terlebih lagi, jenis sampahnya sangat banyak,” jelasnya.
Ia berharap Pemerintah Kota Makassar dapat mengambil tindakan tegas.
“Menurut saya kondisi ini harus diviralkan agar pemerintah kota atau pihak yang punya tugas dan kuasa betul-betul menjaga kebersihan, bukan sekadar formalitas. Saran saya, bisa dipasang CCTV dan diberlakukan denda serta sanksi moral. Tempel saja foto semua yang buang sampah,” tegasnya.
Tidak hanya warga, pedagang yang berjualan di sekitar lokasi juga merasakan dampaknya. Pak Rahmat, seorang pedagang yang setiap hari beraktivitas di area tersebut, mengatakan bahwa sampah biasanya dibuang pada malam hari sehingga sulit diketahui pelakunya.
“Itu sebenarnya bukan tempat sampah. Cuma kadang orang mampir lewat lalu buang saja di situ. Saya sering lihat, tapi kadang dibuang malam hari. Pagi-pagi sudah banyak,” ungkapnya.
Pak Rahmat juga menyampaikan harapannya agar area tersebut ditata ulang agar tidak lagi menjadi lokasi pembuangan sampah ilegal.
“Kalau saya, mending dibikin seperti taman. Itu sampingnya ada pohon, dikasih batu-batu, dibuat taman supaya tidak ada lagi orang yang buang sampah. Terus tancap papan bertuliskan dilarang buang sampah di sini,” tutupnya.
Masyarakat sekitar berharap pemerintah segera melakukan penanganan, mulai dari pembersihan, pemasangan rambu, penegakan aturan, hingga pengawasan ketat untuk mencegah pembuangan sampah sembarangan. Tanpa tindakan nyata, kondisi ini dikhawatirkan akan terus berlanjut dan berdampak buruk bagi kesehatan lingkungan serta kenyamanan publik.
Reporter: Nurazizah Akis & Sitti Radiah Husna
![]()

