Krisis Amfibi Global, Cuaca Ekstrem Ancam Keberlangsungan Spesies

Kelompok Hewan Amfibi (Doc. Int)

BIOma – Penelitian terbaru yang dirilis oleh Goethe University Frankfurt dan Johannes Gutenberg University Mainz, mengungkapkan bahwa peningkatan peristiwa cuaca ekstrem secara langsung berkontribusi terhadap penurunan populasi amfibi di seluruh dunia.

Studi tersebut menganalisis data cuaca global selama 40 tahun terakhir dan mencocokkannya dengan informasi mengenai distribusi geografis lebih dari 7.000 spesies amfibi. Hasilnya menunjukkan bahwa kekeringan berkepanjangan, gelombang panas, dan musim dingin ekstrem berkorelasi kuat dengan meningkatnya risiko kepunahan pada kelompok hewan ini.

“Spesies amfibi sangat tergantung pada kelembapan dan ketersediaan air untuk bertahan hidup dan bereproduksi,” ungkap Dr. Evan Twomey.

Dilansir dari Liputan6.com Wilayah-wilayah seperti Eropa, hutan hujan Amazon, dan Madagaskar diidentifikasi sebagai hotspot ancaman, di mana penurunan populasi amfibi paling drastis terjadi. Para peneliti menjelaskan bahwa struktur kulit amfibi yang permeabel menjadikannya sangat rentan terhadap dehidrasi saat gelombang panas melanda, serta kehilangan habitat saat kekeringan mengeringkan kolam tempat mereka bertelur.

“Di banyak wilayah Eropa Tengah, lebih dari separuh populasi salamander telah terkena dampak kekeringan yang parah dalam dua dekade terakhir,” ujar Prof. Lisa Schulte.

Dilansir dari artikel Nationalgeographic.co.id, para ilmuwan merekomendasikan penerapan berbagai langkah konservasi yang adaptif sebagai solusi. Diantaranya adalah pemulihan habitat yang rusak, pembangunan micro-refuges atau tempat perlindungan kecil yang menjaga kelembapan, serta pengelolaan lanskap yang memperhatikan keberadaan dan kebutuhan ekologis amfibi.

Penelitian ini menegaskan bahwa perubahan iklim bukan lagi ancaman jangka panjang yang abstrak, melainkan realitas yang sudah berdampak nyata saat ini. Khususnya bagi kelompok organisme yang sensitif seperti amfibi, upaya adaptasi dan mitigasi harus segera dijalankan.

“Kami tidak lagi berbicara tentang risiko di masa depan. Ini adalah krisis yang sudah terjadi sekarang,” pungkas Twomey.

Reporter: RM 4

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *