BIOma – Ilmuan lintas negara kembali menemukan adanya spesies burung baru dari genus burung pemakan madu Myzomela, yaitu Myzomela babarensis di wilayah Indonesia.
Myzomela ini di temukan di Pulau Babar, Maluku Barat Daya. Sebelumnya, burung ini dianggap sebagai bagian dari dua sub spesies Myzomela boiei (Myzomela banda) yang mendiami tiga kelompok pulau terpencil di timur Indonesia yaitu Kepulauan Banda, Tanimbar, dan Pulau Babar.
Penemuan ini menambah daftar spesies baru Myzomela boiei yang pernah ditemukan sebelumnya. Sehingga kini, klasifikasi Myzomela boiei terdiri dari Myzomela babarensis, Myzomela boiei boiei, dan Myzomela boiei annabellae. Burung ini merupakan genus yang terbesar dan tersebar secara geografis dalam famili burung pemakan madu meliphagidae.
Penelitian terbaru mengungkap perbedaan signifikan yang membenarkan statusnya sebagai spesies tersendiri. Para peneliti yang dipimpin Alex Berryman, ilmuwan dari Birdlife International, melakukan tinjauan taksonomi mendalam terhadap populasi Myzomela boiei. Mereka memeriksa spesimen museum, rekaman suara, dan melakukan eksperimen pemutaran suara. Hasil menunjukkan, burung-burung di Pulau Babar dengan populasi di Kepulauan Tanimbar memiliki perbedaan mencolok yang sebelumnya dianggap sama.
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, perbedaan Myzomela boiei annabellae dan Myzomela boiei boiei, ia memiliki ciri sayap, paruh, dan tarsus yang lebih panjang sekitar 10 persen, pita dada hitam yang lebih lebar, bagian bawah punggung yang lebih gelap, dan kicauannya sangat berbeda.
Selain itu, kicuan Myzomela boiei annabellae di Tanimbar dan Babar juga sangat berbeda. Spesies itu juga tidak responsif terhadap kicauan yang lain. Ukuran Myzomela boiei annabellae di Tanimbar lebih kecil dibandingkan burung-burung di Babar pada umumnya, serta memiliki ekor sekitar 10 persen lebih panjang dan lebih banyak warna merah di bagian punggung.
Dikutip daru BirdLife.org, Alex menjelaskan.
“Dalam publikasi terbaru ini, kami menyarankan agar ketiga populasi tersebut diakui sebagai spesies terpisah, masing-masing dinamai sesuai pulau tempat mereka ditemukan, yakni Myzomela Banda, Myzomela Babar, dan Myzomela Tanimbar,” jelasnya.
Dilansir dari burung.org, Biodiversity Research Officer Achmad Ridha Junaid mengatakan, keanekaragaman burung di Indonesia kemungkinan masih banyak yang tersembunyi di dalam taksonimi yang kompleks. Penelitian ini membantu kita semakin memahami keanekaragaman burung yang sebenarnya Indonesia miliki.
“Keduanya tadinya diklasifikasikan masih dalam spesies Myzomela boiei, tapi rupanya dari analisis morfologi dan vokalisasi, populasi dari tiga pulau itu berbeda. Maka jadilah tiap pulau punya spesies myzomela masing-masing. Berarti, akan ada penambahan dua spesies baru myzomela,” tuturnya.
Habitat Myzomela babarensis meliputi berbagai jenis hutan. Menariknya, berdasarkan penelitian tersebut, spesies ini menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dengan lahan pertanian yang telah mengalami degradasi. Toleransi terhadap berbagai kondisi habitat, termasuk area yang telah dimodifikasi oleh aktivitas manusia, menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada status konservasinya saat ini.
Dilansir dari sci.news, meskipun memiliki wilayah jelajah kecil, Myzomela babarensis tampaknya mampu beradaptasi dengan baik terhadap degradasi habitat dan umum ditemukan di berbagai jenis hutan, termasuk lahan pertanian yang kurang produktif. Berdasarkan adaptabilitas ini, para peneliti menyarankan agar Myzomela babarensis, bersama dengan dua spesies lainnya dari kelompok boiei, tetap dikategorikan sebagai “ Least Concern” (Risiko Rendah) dalam Daftar Merah IUCN.
“Kami menyarankan agar Myzomela boiei, Myzomela annabellae, dan Myzomela babarensis lebih baik dipertimbangkan sebagai “Least Concern,” ungkap salah satu peneliti.
Penemuan Myzomela babarensis menunjukkan betapa kayanya keanekaragaman hayati Indonesia, terutama di kawasan Timur Indonesia yang masih berpeluang ditemukannya jenis burung baru. Mengingat, belum banyak misteri keragaman hayati yang terkuak dan pentingnya penelitian berkelanjutan untuk mengungkap spesies-spesies yang belum dikenal.
Reporter: Alifa Zakiah Syam dan Siti Nur Azizah Akis