Spesies Baru Katak Pohon (Racophorus boedii) Ditemukan di Sulawesi

Racophorus boedii (Doc. Int)

BIOma – Spesies baru katak pohon berhasil ditemukan oleh tim peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), di wilayah pegunungan Sulawesi. Spesies tersebut dinamai Rhacophorus boeadii dan menjadi spesies kedelapan dari kelompok katak pohon endemik Sulawesi.

Penemuan ini merupakan hasil survei intensif yang dilakukan pada tahun 2016 hingga 2019 di dua lokasi, yakni Gunung Katopasa di Sulawesi Tengah dan Gunung Gandang Dewata di Sulawesi Barat. Penentuan status spesies baru ini dilakukan melalui analisis morfologi, genetika, dan dokumentasi suara panggilan kawin jantan.

Dilansir dari medcom.id, nama Rhacophorus boeadii dipilih untuk menghormati Boeadi, seorang zoolog senior dari Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), yang telah berkontribusi besar dalam pengembangan ilmu zoologi dan konservasi herpetofauna Indonesia.

Spesies ini memiliki sejumlah ciri khas, seperti ukuran tubuh jantan sekitar 40–45 milimeter dan betina 48–54 milimeter. Moncongnya berbentuk menukik dari sisi lateral, permukaan punggung kasar, serta terdapat bercak putih pada sisi tubuh. Karakteristik ini membedakannya dari katak pohon lainnya di wilayah tersebut.

Dikutip dari mongabay.co.id, temuan ini menambah bukti kuat bahwa Sulawesi merupakan wilayah dengan tingkat endemisitas tinggi, khususnya dalam kelompok amfibi. Keberadaan spesies yang hanya hidup di hutan dataran tinggi juga menyoroti pentingnya pelestarian habitat alami yang rentan terhadap ancaman kerusakan akibat deforestasi dan perubahan iklim.

Dilansir dari detik.com, spesies baru tersebut memiliki perbedaan mencolok secara morfologis maupun genetik apabila dibandingkan spesies-spesies Rhacophorus endemik Sulawesi yang sudah diketahui sebelumnya, yakni R. georgii, R. edentulus, dan R. monticola.

Hasil penelitian telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Zootaxa, dengan uraian lengkap mengenai ciri fisik, habitat, hingga data genetika spesies ini. Penemuan ini diharapkan menjadi dasar penting bagi penguatan upaya konservasi satwa liar di kawasan Wallacea, sekaligus menambah pemahaman ilmiah tentang keanekaragaman hayati Indonesia.

Reporter : RM 1

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *