
BIOma – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Kajian Ilmiah Mahasiswa Bertakwa (LKIMB) Universitas Negeri Makassar (UNM) mengadakan kegiatan Empowering Women In The Society (EMPATI) National Competition. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 20 Oktober – 25 November 2021 dengan beberapa item kegiatan yakni Lomba Esai dan Poster tingkat mahasiswa se-Indonesia, Kampanye Anti Kekerasan terhadap Perempuan, serta Diskusi Publik.
Puncak kegiatan EMPATI 2021 yakni pada tanggal 25 November 2021 yang dimulai dengan Pembukaan kemudian Live Presentation bagi ke-5 Finalis Esai Terbaik kemudian dilanjutkan dengan Diskusi Publik yang bertemakan “Hantu Pelecehan dan Kekerasan Seksual”, yang dibawakan langsung oleh Perdana Kusuma (Dosen Psikologi UNM) dan Olin Monteiro (Aktivis Perempuan dan Producer), dan yang terakhir pengumuman juara bagi peserta Lomba Esai dan Poster tingkat Nasional.
Kegiatan ini dihadiri oleh delegasi dari tiap UKM se-UNM, para Juri, Peserta, dan lembaga eksternal yang terlibat dalam kegiatan ini serta tamu undangan lainnya. Kemudian kegiatan EMPATI 2021 dibuka langsung oleh Sukardi Weda, selaku Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Negeri Makassar via Zoom Meeting sekaligus mengapresiasi kegiatan yang selalu melakukan pro publik dengan merespon permasalahan yang ada di masyarakat.
“Saya mengapresiasi UKM LKIMB UNM yang masih membuka ruang dialektika sebagai bentuk tanggapan terhadap maraknya pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi saat ini. Walaupun dilaksanakan via daring tapi tidak mengurangi nilai dan makna dari kegiatan ini,” jelasnya.
Hasni Amaliyah, selaku Ketua Panitia EMPATI 2021 mengungkapkan tujuan dilaksanakannya kegiatan EMPATI 2021.
“EMPATI 2021 diselenggarakan untuk meningkatkan pemahaman mengenai kekerasan berbasis gender sebagai isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta pemahaman mengenai risiko yang ditimbulkan oleh kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan. Selain itu, kegiatan ini juga meningkatkan kualitas kreativitas dalam mengkaji masalah seks dan gender,” ucap Hasni.
Senada dengan itu, Syahrul Gunawan, Ketua Umum LKIMB UNM mengungkapkan keresahan akan kasus kekerasan seksual yang marak terjadi ini dapat menimpa siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan.
“Dengan adanya kegiatan ini diharap mampu membuka mata kita semua terkait permasalahan yang ada. Kita mampu menangani masalah ini dengan meningkatkan pengetahuan kita melalui pendekatan budaya, misalnya dengan penerapan budaya siri’ atau malu dalam masyarakat Bugis. Selain itu untuk mengimplementasikan budaya 3S yakni Sipakatau, Sipakalebbi, dan Sipakainge yang artinya kita hidup untuk saling memanusiakan manusia, saling menghargai dan saling mengingatkan,” tuturnya.
Majelis Tinggi UKM LKIMB UNM dalam hal ini Ismi Wulandari juga mengatakan bahwa kasus kekerasan seksual ini tidak pernah padam kita bicarakan dan diskusikan.
“Pelecehan seksual sangat dekat diri kita dan meliputi pelecehan secara fisik dan psikis sehingga tindakan-tindakan bernuansa seksual yang tidak diinginkan sering terjadi seperti kekerasan secara verbal serta ancaman pemerkosaan yang dilakukan secara sengaja oleh pelaku,” singkatnya.
Reporter : Nurul Ishma