Air hujan dapat dimanfaatkan sebagai air minum melalui berbagai teknologi (Doc. Int)

BIOma – Berbagai wilayah di Indonesia diperkirakan sudah memasuki masa musim hujan pada  bulan Januari 2021. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki masa puncak musim hujan dan memperingatkan hujan ekstrem masih akan mengguyur sejumlah wilayah di Indonesia hingga Februari dan Maret 2021.

Dilansir dari tirto.id, salah satu upaya pencegahan banjir yang yang sempat dikampanyekan oleh sejumlah akademikus, mahasiswa, perwakilan komunitas, dan warga ialah deklarasi Gerakan Memanen Air Hujan Indonesia, pada 18 November 2018 lalu. Deklarasi itu adalah bagian dari Kongres Memanen Air Hujan Indonesia yang digelar pada sepuluh hari kemudian.

Memanen air hujan secara konvensional dapat dilakukan dengan memanfaatkan bak penampungan air atau mengalirkannya ke sumur. Air hujan yang jatuh dari atap dapat dialirkan melalui pipa ke bak penampungan atau sumur. Air hujan yang telah ditampung itu agar tetap bersih dari debu dan kotoran air bisa disaring dengan alat sederhana, seperti kain dan kaos.

Petani juga dapat memanen air hujan dengan membuat kolam atau sumur di sekitar lahan pertanian atau perkebunan. Pada musim hujan, air ditampung pada tempat tersebut. Air tampungan itu kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengairi tanaman saat musim kemarau tiba.

Dari laman tirto.id, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bahkan sudah mengembangkan dua bentuk sistem pemanfaatan dan pengolahan air hujan untuk air minum. Keduanya bernama Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Pengolahan Air Siap Minum (ARSINUM).

BPPT RI luncurkan teknologi ARSINUM yang mampu mengubah air hujan menjadi air yang siap diminum (Doc. Int)

Berdasarkan ulasan yang diterbitkan BPPT, SPAH terdiri atas Sistem Penampungan Air Hujan (PAH) dan sistem Pengolahan Air Hujan. PAH dilengkapi talang air, saringan pasir, bak penampung dan Sumur Resapan yang dapat digunakan untuk melestarikan air tanah dan mengurangi resiko genangan atau bahkan banjir. Bahkan, salah satu teknologi dapat digunakan untuk menyulap air hujan menjadi air bersih layak  minum.

Mekanisme kerja dari Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) yaitu :

  1. Air hujan akan jatuh di atas rumah dan akan ditampung di talang air yang selanjutnya akan dialirkan menuju bak penampungan air.
  2. Dengan media pasir dan kerikil yang terdapat di depan bak penampung, sampah makro berupa dedaunan akan tersaring sehingga hanya air hujan bersih akan mengalir masuk ke dalam bak penampung.
  3. Jika hujan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, maka bak penampung akan terisi penuh oleh air hujan, jika demikian maka air akan masuk melalui pipa outlet menuju sumur resapan yang terbuat dari bis beton. Bidang resapan diisi oleh kerikil dan ijuk sebagai penyaring agar sumur resapan tidak mengalami kebuntuan.
  4. Air dari bak penampung selanjutnya dialirkan ke ARSINUM untuk diolah menjadi air minum.

Selanjutnya, mekanisme kerja dari Pengolahan Air Siap Minum (ARSINUM), yaitu :

  1. Setelah air hujan dari penampungan cukup, selanjutnya pompa air baku dan pompa dosing dihidupkan.
  2. Air akan mengalir ke statix mixer sebagai tangki pencampur, kemudian air masuk ke dalam multimedia filter yang berisi pasir, kerikil, dan mangan zeolit untuk menyaring partikel dan endapan kasar.
  3. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam pompa ion untuk menghilangkan kesadahannya, lalu air akan masuk ke dalam cartridge filter untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melayang-layang di air sehingga air akan tampak jernih.
  4. Kemudian, air akan dialirkan menuju ultra filtrasi untuk menyaring kotoran yang berukuran sekitar 0,01 mikron, lalu air akan masuk ke mikro filter untuk menyaring padatang berukuran 1 mikron. Setelah itu, air akan dialirkan ke unit sterilisator ultraviolet untuk membunuh mikroba yang terdapat dalam air hujan.
  5. Air yang keluar dari unit sterilisator ultraviolet sudah siap untuk diminum tanpa perlu dimasak.

Menurut Untari (2015), berdasarkan Persyaratan Kualitas Air Bersih dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990, kriteria air yang aman untuk dikonsumsi yaitu :

  1. Secara fisik tidak berbau, memiliki TDS 1500mg/L, kekeruhan 25 NTU, tidak berasa, temperaturnya kurang lebih 3°C, dan jernih.
  2. Berdasarkan sifat kimia memiliki pH antara 6,5-9,0. Kesadahan total 500 mg/L,  KMnO4 10 mg/L, Fluorida 1,50 mg/L, Klorida 600 mg/L, Nitrat 10 mg/L, Nitrit 1 mg/L, Sulfat 400 mg/L, Detergen 0,50 mg/L.
  3. Tidak mengandung koliform.

Jadi, air hujan dapat diminum apabila air hujan tersebut telah melewati serangkaian proses penyaringan sehingga memenuhi persyaratan air bersih yang aman untuk dikonsumsi. Untuk lebih meyakinkan bahwa air hujan tersebut aman dikonsumsi, alangkah baiknya sebelum diminum air tersebut direbus terlebih dahulu sampai mendidih. Hal ini dilakukan untuk memastikan bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat pada air hujan mati.

Reporter : St. Khumaerah

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *