BIOma – Abdidaya Ormawa merupakan kegiatan pemberian anugerah atau penghargaan tertinggi untuk ormawa pengabdi dan pemberdaya desa yang memberikan dampak positif terhadap pembangunan masyarakat yang digelar secara rutin oleh Ditjen Dikti Kemendikbud Ristek.
Abdidaya Ormawa tahun ini diikuti ribuan ormawa, tercatat 608 proposal yang dinyatakan lolos pendanaan, hanya saja setelah melalui presentasi kemajuan dan monev oleh Belmawa Kemendikbud Ristek ditetapkan 160 tim yang lolos final Abdidaya Ormawa dari 79 perguruan tinggi. Pelaksanaan Abdidaya Ormawa dilaksanakan di Universitas Jember sebagai tuan rumah pada 7-9 Desember 2023.
Tim PPK Ormawa Maperwa UNM sebagai salah satu peserta yang mengirimkan timnya yang berjumlah 12 orang untuk mengikuti ajang tersebut dengan topik Rumah Sampah Digital sebagai suatu masalah yang dianggap perlu untuk diatasi bersama. Adapun judul program PPK Ormawa Tim Maperwa, yakni Program E-Trash Bank untuk Mewujudkan SDGs Desa Sadar Lingkungan dan Meningkatkan Penghasilan Rumah Tangga di Desa Tarowang. Berangkat dari fakta bahwa saat ini di kabupaten Jeneponto sebagai lokasi yang dipilih dikarenakan adanya penumpukan sampah plastik yang bukan pada tempatnya, kurangnya fasilitas dan akses armada sampah yang memadai sehingga perlu menanamkan rasa peduli lingkungan pada masyarakat.
Melalui ajang tersebut, UNM mendapatkan 6 emas dan dari tim Ormawa menyumbangkan 3 emas yaitu kategori Tim Pelaksana SPGS terkuat, yang kedua kategori Dosen Pembimbing terinovatif, dan yang ketiga yaitu Dukungan Mitra dengan Keberlanjutan Paling Strategis.
Ketua Tim Pelaksana Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Maperwa, Muh. Riyadh Ma’rif menuturkan bahwa terdapat beberapa persiapan yang dilakukan untuk mengikuti ajang tersebut.
“Kami melaksanakan riset lapangan dan juga media sebelum memilih lokasi yang urgent untuk didatangi kemudian muncul lokasi yang menarik yaitu Jeneponto dengan topik permasalahan terkait dengan sampah,” ungkapnya.
Selanjutnya, ia juga menuturkan beberapa kegiatan yang dilaksanakan yaitu memanfaatkan sampah plastik untuk diolah menjadi bahan yang berguna dan juga memanfaatkan keadaan pertanian untuk diolah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis.
“Tim kami mengolah sampah plastik menjadi paving block yang digunakan sebagai aksesoris taman, bahan bangunan, jalan dan sebagainya, selain itu kami menghasilkan produk dengan memanfaatkan hasil pertanian yaitu Tempurung Kelapa, Unggul Jagung, dan Bunga Jantan Pohon Lontara menjadi Briket yang lulus uji untuk diekspor ke Jepang, Inggris, dan Amerika,” ujarnya.
Terakhir, Riyadh menambahkan harapan untuk seluruh generasi muda agar bisa menjaga lingkungan dan peka terhadap situasi sehingga bisa memanfaatkan barang yang tidak bernilai jual menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis.
“Saya berharap bahwa seluruh generasi-generasi memiliki kesadaran terhadap sampah plastik yang berada di sekitar mereka dan juga mampu mengolah dan memanfaatkannya menjadi suatu produk yang tentunya menghasilkan nilai jual yang tinggi,” tutupnya dalam wawancara.
Reporter : Andi Rizka Putri Muliadi