BIOma – Mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar aksi demonstrasi menuntut perbaikan kinerja Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) serta penanganan kasus pelecehan seksual di kampus. Aksi ini dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FIS-H) UNM, yang menegaskan pentingnya perhatian serius dari pihak kampus terhadap isu tersebut, di depan gedung FIS-H dan Menara Pinisi pada Selasa (11/03).
Mahasiswa mengangkat tiga isu utama terkait penanganan kasus pelecehan seksual di lingkungan kampus. Isu pertama yang menjadi sorotan adalah dugaan kegagalan Satgas PPKS UNM dalam menjalankan tugas pencegahan.
Presbem FIS-H UNM, Fikran Prawira, menyatakan bahwa optimalisasi kinerja Satgas PPKS sangat diperlukan untuk memastikan kasus pelecehan seksual tidak kembali terjadi.
“Kami mengharapkan adanya perbaikan dan pengoptimalan kinerja Satgas PPKS. Jika tim satgas dapat berperan aktif dalam pencegahan, maka kejadian-kejadian seperti ini tidak akan terjadi,” ujarnya.
Ia menambahkan, keberadaan Satgas PPKS seharusnya menjadi jaminan bagi mahasiswa bahwa kampus memiliki mekanisme yang efektif untuk menangani dan mencegah kasus-kasus serupa.
Isu kedua yang disoroti adalah dugaan apatisme pihak kampus dalam menangani kasus pelecehan seksual. Mahasiswa menilai bahwa kampus belum menunjukkan tindakan nyata dalam menyelesaikan permasalahan ini.
“Kami ingin berdialog dengan pimpinan untuk memperjelas keberpihakan kampus kepada korban. Namun, dalam aksi kemarin, pimpinan tidak menemui massa aksi,” ungkapnya.
Menurutnya, hal ini menimbulkan kekecewaan di kalangan mahasiswa yang merasa suara mereka tidak didengar dan kampus kurang responsif terhadap isu yang sangat serius ini.
Isu ketiga yang disuarakan adalah tuntutan untuk menghilangkan keberadaan predator seksual dari lingkungan kampus. Fikran menekankan bahwa kampus harus menjadi ruang yang aman bagi seluruh mahasiswa.
“Kami menuntut agar predator seksual dihilangkan dari UNM, karena kampus adalah ruang aman bagi semua,” tegasnya.
Ia juga menegaskan bahwa setiap individu berhak belajar dan beraktivitas tanpa rasa takut atau ketidaknyamanan. Mahasiswa juga menyoroti belum adanya tindak lanjut konkret dari pihak kampus terkait kasus-kasus pelecehan seksual yang telah terjadi.
“Kampus dianggap apatis karena tidak ada tindakan nyata dan tidak menemui massa aksi untuk memperjelas keberpihakan kepada korban,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa langkah konkret dari pihak kampus sangat diperlukan guna membangun kepercayaan mahasiswa serta membuktikan bahwa kampus benar-benar peduli terhadap keselamatan dan kesejahteraan sivitas akademika.
Sebagai penutup, Fikran menegaskan komitmennya untuk terus mengawal kasus ini, baik di tingkat kampus maupun di kepolisian.
“Kami akan terus berjuang untuk memastikan bahwa kasus ini tidak diabaikan dan penanganannya dilakukan dengan serius,” pungkasnya.
Ia juga mengajak seluruh mahasiswa untuk bersatu dalam memperjuangkan hak-hak mereka serta menciptakan lingkungan kampus yang lebih aman dan nyaman.
Aksi ini menjadi wujud kepedulian mahasiswa terhadap isu-isu penting di lingkungan kampus serta harapan agar tercipta lingkungan akademik yang lebih aman bagi semua.
Reporter: Nanda Syafira dan A. Nurhumaerah