Foto Bersama Tim (Doc. Ist)

BIOma – Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Negeri Makassar (UNM) melaksanakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan public speaking berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) di Dusun Borong Bulo, Desa Sokkolia, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang didanai oleh Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) UNM tahun 2025.

Desa Sokkolia, yang memiliki luas wilayah sekitar 952,06 hektar atau setara 7,50 kilometer persegi, dikenal memiliki potensi sumber daya manusia yang besar, terutama dari kalangan pemuda dan kelompok majelis taklim yang aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Potensi ini mendorong Tim PKM UNM untuk hadir dan berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas masyarakat melalui pelatihan keterampilan berbicara di depan umum.

Kegiatan ini dirancang khusus untuk membekali generasi muda, terutama remaja masjid, dengan keterampilan public speaking yang dikombinasikan dengan AI. Tujuan utamanya adalah membentuk para komunikator muda yang mampu menyampaikan ide dan gagasan secara efektif, persuasif, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi komunikasi modern.

Pelatihan ini meliputi beberapa tahapan, mulai dari sesi motivasi dan pengenalan dasar-dasar public speaking, hingga praktik langsung seperti berbicara di depan kelompok, presentasi singkat, dan latihan berbasis aplikasi AI. Teknologi ini digunakan untuk membantu peserta dalam mengevaluasi intonasi, artikulasi, serta gaya komunikasi mereka secara mandiri.

Salah satu anggota tim PKM UNM dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelatihan ini penting karena remaja masjid adalah garda terdepan perubahan sosial di tingkat desa.

“Melalui keterampilan public speaking, mereka bisa lebih percaya diri menyampaikan ide, memimpin kegiatan, bahkan berdakwah secara modern menggunakan platform digital,” ujarnya.

Antusiasme peserta terlihat jelas selama pelatihan berlangsung. Andi Nur Inayah, salah satu remaja masjid yang mengikuti kegiatan ini, menyampaikan pengalamannya.

“Biasanya saya grogi kalau diminta jadi MC atau ceramah di masjid. Tapi setelah ikut pelatihan ini, saya jadi tahu bagaimana cara mengatur nada suara dan menyusun kata-kata yang menarik,” ujarnya.

Lebih dari sekadar pelatihan teknis, kegiatan ini juga membangun nilai-nilai kepemimpinan dan keberanian menyampaikan pendapat di ruang publik. Peserta diajak untuk berpikir kritis, menyusun argumen yang logis, dan menyampaikan pandangan mereka dengan penuh tanggung jawab. Hal ini sangat relevan untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan sosial dan komunikasi di era digital yang serba cepat dan kompetitif.

Tak hanya itu, pelatihan ini juga memberikan wawasan tentang pentingnya membangun citra diri (personal branding) melalui komunikasi yang baik. Di era media sosial saat ini, kemampuan untuk berbicara dengan jelas, jujur, dan menarik menjadi aset penting bagi siapa pun yang ingin berperan aktif di masyarakat.

Reporter: Afriansyah Gibran A. Latif

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *