BIOma – Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Negeri Makassar (UNM) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Diversifikasi Pemanfaatan Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam Meningkatkan Gizi dan Perekonomian Masyarakat Desa Sokkolia Kabupaten Gowa” . Kegiatan ini menjadi langkah konkret mahasiswa dalam menjawab tantangan gizi masyarakat sekaligus membuka peluang usaha berbasis bahan lokal.
Tim PKM UNM memperkenalkan berbagai olahan inovatif dari daun kelor seperti teh kelor, puding kelor, martabak mie kelor, dan omelet kelor. Program ini dilaksanakan di Desa Sokkolia, Kabupaten Gowa, dan melibatkan berbagai elemen masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga.
Tujuan utama program ini adalah mengedukasi warga akan nilai gizi tinggi tanaman kelor serta memperluas bentuk pengolahannya agar lebih menarik dan bernilai jual.
Daun kelor dikenal sebagai “pohon ajaib” karena kandungan nutrisinya yang luar biasa. Tanaman ini kaya akan vitamin A, C, kalsium, zat besi, dan antioksidan, sehingga sangat bermanfaat untuk mendukung pertumbuhan anak, meningkatkan imun tubuh, serta menjaga kesehatan ibu hamil dan lansia. Namun sayangnya, meskipun kelor tumbuh subur di berbagai daerah termasuk Gowa, pemanfaatannya masih tergolong rendah karena minimnya pengetahuan dan keterampilan pengolahan.
“Kelor ini tanaman yang tumbuh liar dan mudah ditemukan, tetapi masih belum dimanfaatkan maksimal oleh warga. Padahal kandungan gizinya sangat tinggi, baik untuk anak-anak, ibu hamil, hingga lansia. Lewat program ini, kami ingin memperluas bentuk olahannya agar lebih menarik, bergizi, dan bisa dijadikan peluang usaha” ujar Prof Andi Asmawati, ketua Tim PKM UNM.
Salah satu produk unggulan yang dikembangkan adalah puding daun kelor yang berbahan dasar susu dan agar-agar, dengan tambahan bubuk kelor sebagai pewarna dan sumber nutrisi alami.
Selain itu, tim juga mengembangkan teh kelor, yang dibuat dari daun kelor kering dan diseduh seperti teh herbal. Teh ini diyakini mengandung antioksidan tinggi dan cocok sebagai minuman harian. Untuk segmen anak muda dan keluarga, hadir juga martabak mie kelor dan omelet kelor, yang memadukan cita rasa kekinian dengan bahan bergizi lokal.
“Warga sangat antusias mencoba berbagai resep yang kami perkenalkan. Beberapa ibu rumah tangga bahkan mulai memasarkan produk ini di pasar sekitar,” tambah Prof Andi Asma.
Program “Gizi Meningkat, Ekonomi Bergerak” tak hanya fokus pada gizi, tetapi juga pada potensi ekonominya. Masyarakat dilatih membuat produk dalam skala kecil serta diajarkan teknik pengemasan dan pemasaran sederhana.
Kepala Desa Sokkolia, dalam sambutannya, mengapresiasi inisiatif tim PKM UNM. Ia berharap kegiatan ini bisa berlanjut dan menjadi gerakan kolektif desa dalam pemanfaatan sumber daya lokal.
“Kami melihat langsung manfaat dari kegiatan ini sehingga kami sadar pentingnya gizi, dan ada ide baru untuk membuka usaha. Program seperti ini sangat kami butuhkan. Selain menyehatkan, juga bisa menambah penghasilan,” ujar Daeng Ramba selaku ketua tim.
Dukungan penuh dari UNM dan masyarakat lokal dalam program ini, menjadi contoh nyata kolaborasi antara kampus dan desa dalam menciptakan solusi berbasis potensi lokal dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Tim PKM UNM berkomitmen untuk terus mendampingi masyarakat dalam proses pengembangan produk serta membangun koneksi dengan pihak-pihak yang dapat membantu pemasaran produk kelor ini ke tingkat yang lebih luas.
Reporter: Putri Nanda Utami