BIOma – Satryo Soemantri Brodjonegoro resmi dilantik sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, merupakan sebuah kementerian baru di Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming. Pelantikan Satryo beserta menteri dan wakil menteri lainnya telah dilaksanakan di Istana Negara Jakarta, Senin (21/10).
Satryo nantinya akan didampingi oleh Stella Christie yang akan duduk sebagai posisi wakil menteri di kementerian terkait.
Profil Satryo Soemantri Brodjonegoro
Satryo lahir di Delft, Belanda pada 5 Januari 1956. Namanya sendiri sudah tidak asing di dunia riset dan kependidikan. Saat ini berusia 68 tahun, berasal dari keluarga pendidik dengan jabatan-jabatan puncak bidang pendidikan.
Ayahnya, Soemantri Brodjonegoro, adalah salah satu penerima beasiswa teknik pertama di luar negeri setelah Indonesia merdeka. Ketiga putra Soemantri juga menjadi pendidik. Selain Satryo, ada juga Irsan Soemantri yang kini mengajar di ITB dan Bambang Brodjonegoro yang sempat menjabat sebagai Dekan FE UI, Menteri Keuangan, Menteri Ristek dan Menteri Perencanaan/Kepala Bappenas dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Satryo meraih gelar Ph.D di bidang Teknik Mesin dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat di tahun 1985. Kemudian, tahun berselang, ia terpilih sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB.
Ia memulai reformasi di pendidikan tinggi untuk peningkatan mutu agar mahasiswa mampu berdaya saing. Proses tersebut kemudian diadopsi oleh ITB dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional pada saat itu.
Satryo juga pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) pada tahun 1999-2007 dan saat ini ia aktif sebagai dosen tamu di bidang teknis mesin di Toyohashi University of Technology, Jepang dan ITB.
Dilansir dari laman Knowledge Sector Initiative, Satryo Soemantri Brodjonegoro juga diketahui menjadi Ketua sekaligus Anggota Komisi Bidang Ilmu Rekayasa di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Ia pun menjadi ilmuwan yang telah mengeluarkan berbagai karya tulis ilmiah mencapai lebih dari 99 publikasi.
Reporter: Nurazmi Maulida