NGOPI : Mengenal Apa Itu Stoikisme

Pelaksanaan Ngopi HMJ Biologi FMIPA UNM (17/06) (Doc. Ist)

BIOma – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Makassar (UNM) melaksanakan Ngobrol Perkara Ilmu (Ngopi). Kegiatan Ngopi ini dilaksanakan secara luar jaringan (Luring) di Kantin FMIPA UNM pada pukul 16.00 – 17.45 WITA, Jumat (17/06).

Ngopi kali ini membahas mengenai “Apa itu Stoikisme?”. Pembahasan materi ini dibawakan oleh Muhammad Iman Furqan,  dengan Moderator Agam Aslam Adigama. Dalam pembawaan materinya dibahas mengenai asal muasal filosofi stoikisme, pengertiannya hingga aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Muhammad Iman Furqon dalam materinya menjelaskan apa yang dimaksud dengan stoikisme.

“Stoikisme adalah salah satu cabang filsafat yang telah ada sejak tahun ke-3 SM atau telah berumur 18 abad. Stoikisme merupakan keyakinan bahwa kita tidak bereaksi terhadap peristiwa. Kita bereaksi terhadap penilaian kita tentang mereka, dan penilaian tersebut bergantung pada diri kita sendiri. Prinsip dalam stoikisme ini adalah Dikotomi Kendali, yaitu ada hal-hal dalam hidup ini yang bisa kendalikan (Faktor Internal) dan yang tidak bisa kita kendalikan (Faktor Eksternal),” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa ada beberapa hal yang menjadi bagian dari faktor internal dan eksternal dari Dikotomi Kendali tersebut. 

“Ekspresi, Refleks, dan Perkataan adalah sesuatu yang masih menjadi kontrol kita karena berasal dari diri kita sendiri. Apa yang tidak bisa dikontrol adalah semua yang ada diluar dari diri sendiri,” sambungnya. 

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa persepsi kita terhadap hal-hal yang terjadi di luar dugaan dalam hidup berkaitan dengan sudut pandang dari filosofi stoikisme.

“Semisal dompet kita hilang, menurut filosofi stoikisme, kita sendiri lah yang menginginkan dompet kita hilang. Mengapa stoikisme mengajarkan kita seperti itu? Karena kita harus mengubah sudut pandang kita. Jangan bersedih, kita harus mengonversi energi negative ke hal-hal yang positif. Mengapa saya ingin dompet saya hilang? Karena dengan hilangnya dompet saya bisa belajar mengurus persuratan, berkenalan dengan Pak Polisi, dan sebagainya. Daripada bersedih sejadi-jadinya, lebih baik menghibur diri dengan cara demikian,” ungkapnya.  

Reporter: RM 10

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *