BIOma – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Kajian Ilmiah Mahasiswa Beragama (LKIMB) Universitas Negeri Makassar (UNM) Periode 2021-2022 kembali mengadakan Dialog Keagamaan sebagai salah satu rangkaian kegiatan Festival Maneka Warna Batch II yang bertemakan “Agama sebagai Simbol Perdamaian Dan Kontribusi Terhadap Peradaban”. Kegiatan ini dilaksanakan secara luring pada pukul 13.00-15.00 di Pelataran Phinisi UNM, Senin (14/11/22).
Kegiatan dialog keagamaan ini menghadirkan tokoh-tokoh agama sebagai pembicara serta perwakilan dari Kementrian Agama Sulawesi Selatan dan perwakilan dari Forum Kerukunan Umat Beragama. Tujuannya yakni untuk menyatukan pandangan terkait perdamaian masing-masing agama itu sendiri.
Pendeta John C. Simon dalam penyampaian materinya memandang perdamaian sebagai unsur pokok dalam agama.
“Tanpa perdamaian diantara agama-agama, niscaya tidak ada perdamaian diantara bangsa-bangsa. Komunalisme Pancasila adalah ketuhanan yang berkebudayaan yang mana kita menyembah Tuhan dengan mengedepankan nilai toleransi,” tuturnya.
Dalmes Wure selaku pembicara dari Kementerian Agama Sulawesi Selatan melanjutkan pembicaraan Pendeta John C. Siwon.
“Agama lain selain Kristiani juga mengandung kebenaran dan kesucian yang bisa memantulkan cahaya kebenaran tersebut bagi agama-agama lain,” lanjutnya.
Lain halnya dengan Yonggris selaku ketua Pengurus Persatuan Umat Buddha Indonesia Prov. Sulawesi Selatan yang menyatakan keprihatinannya terhadap cara beragama masa kini yang sudah melenceng dari yang sebenarnya.
“Agama itu buatan manusia, dimana didalamnya terdapat nilai yang bergantung kepada siapa yang menafsirkannya. Agama hadir untuk mengatur dan membatasi perilaku buruk manusia. Lalu kapan agama menjadi suatu konflik? Ketika ia bersekutu dengan kekuasaan dan uang,” tukasnya.
Sofian selaku pembicara dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) pada penghujung kegiatan memandang sebuah perbedaan sebagai sunnatullah.
“Banyak orang yang beragama tetapi tidak merasakan agama. Cara beragama kita saat ini harus diperbaiki baik dari teologi tauhid maupun muamalah,” ungkapnya.
Ashar selaku Ketua Panitia berharap bahwa kegiatan ini dapat membina nilai toleransi serta memberikan pemahaman bagi peserta mengenau pentingnya toleransi dalam mewujudkan suatu perdamaian.
Reporter: Nuramaliah Nasir