BIOma – Mongabay Indonesia menggelar diskusi daring bertajuk “Peningkatan Kapasitas Mahasiswa Terkait Isu Lingkungan”. Kegiatan ini melibatkan rekan-rekan Pers Mahasiswa dari berbagai wilayah Indonesia Timur, seperti Ternate, Kendari, Makassar, hingga Papua, Senin (19/05).
Diskusi berlangsung selama satu setengah jam dan dipandu oleh Lusia Arumingtyas, selaku jurnalis lingkungan sekaligus Youth Outreach Officer Mongabay Indonesia. Dalam kesempatan ini, Lusia juga bertindak sebagai pemateri dan moderator, memfasilitasi ruang berbagi gagasan dan pengalaman antar peserta.
Salah satu isu utama yang dibahas adalah minimnya pelatihan terkait isu lingkungan di kalangan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). Beberapa peserta bahkan mengungkapkan belum pernah mendapatkan pelatihan khusus seputar lingkungan, karena pelatihan yang ada selama ini lebih terfokus pada dasar-dasar kejurnalistikan.
Dzulkifli, perwakilan dari PPMI Makassar, menjelaskan bahwa meskipun terdapat sejumlah LPM aktif di kota tersebut, pelatihan bertema lingkungan masih tergolong langka. Ia menambahkan bahwa PPMI Makassar sempat menginisiasi pelatihan serupa, namun belum secara rutin.
Sementara itu, Andi Muh. Kholil Gibran, mahasiswa Biologi dari LPM BIOma, menyampaikan bahwa isu lingkungan telah menjadi bagian penting dalam aktivitas mereka.
“Pelatihan-pelatihan terkait isu lingkungan sudah kami dapatkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa bahkan datang dari inisiatif dosen-dosen kami,” ujarnya.
Diskusi juga membahas terkait kebutuhan khusus dari setiap LPM. Perwakilan LPM dari Fakultas Hukum, misalnya, menyoroti pentingnya pelatihan terkait hukum lingkungan. Sedangkan Sukry dari PPMI Ternate menekankan pentingnya pelatihan yang lebih kontekstual seperti pemetaan aktor, advokasi kasus lingkungan, serta penulisan jurnalistik yang berpihak pada isu lingkungan.
Hal serupa disampaikan oleh Arpan, perwakilan pers mahasiswa Kendari. Ia mengusulkan agar pelatihan ke depan mencakup aspek teknis seperti mitigasi bencana lingkungan dan liputan kolaboratif lintas wilayah. Ia juga berharap agar kegiatan pelatihan tidak bersifat seremonial belaka.
“Hasil pelatihan harus tetap dirawat dan dilanjutkan. Kalau tidak, bisa saja putus di tengah jalan,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Arpan juga menyarankan agar pelatihan melibatkan elemen audiovisual dan kolaborasi dengan akademisi untuk memperkaya perspektif.
Menutup diskusi, Lusia Arumingtyas menyatakan keterbukaan Mongabay untuk menjadi narasumber dalam pelatihan-pelatihan berikutnya, serta membuka pintu kolaborasi yang lebih luas dengan berbagai LPM di Indonesia Timur.
Diskusi ini menjadi langkah awal dalam memperkuat jejaring jurnalis mahasiswa untuk menyuarakan isu-isu lingkungan di daerah masing-masing, dengan harapan membangun dampak yang nyata dan berkelanjutan.
Reporter: Andi Muh. Kholil Gibran Rusli
Ilustrator: Danty Indryastuti