BIOma – Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat Daya dikenal sebagai salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Tak hanya menjadi destinasi wisata favorit, wilayah ini juga menjadi rumah bagi sejumlah besar hewan endemik, baik di daratan maupun bawah laut, yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia.
Dilansir dari tempo.co, kekayaan fauna Raja Ampat telah membuat wilayah ini masuk dalam daftar “52 Places to Go in 2025” versi The New York Times. Gugusan 1.500 pulau kecil di Raja Ampat menjadi habitat alami bagi beragam spesies unik, termasuk berbagai jenis burung, mamalia, reptil, hingga spesies laut beracun dan dilindungi.
Salah satu hewan ikonik endemik daratan Raja Ampat adalah burung Cenderawasih, yang terdiri atas beberapa jenis seperti Paradisea minor, Cicinnurus regius, dan Manucodia chalybatus. Selain itu, terdapat pula kuskus waigeo, kanguru pohon mantel emas, serta katak pokok New Guinea.
Dikutip dari rajaampatgeopark.com, kawasan ini memiliki 274 spesies burung, dan enam di antaranya bersifat endemik serta 114 spesies herpetofauna, termasuk 5 yang hanya ditemukan di wilayah ini. Tak hanya itu, Raja Ampat juga menjadi habitat bagi 47 spesies mamalia, di mana satu spesies di antaranya bersifat endemik dan tiga lainnya dilindungi.
Laut Raja Ampat pun tak kalah memukau. Wilayah ini berada di jantung Segitiga Terumbu Karang Dunia, rumah bagi 75% spesies terumbu karang global. Dilansir dari idntimes.com, spesies-spesies laut endemik yang menjadi ikon kawasan ini antara lain sebagai berikut.
1. Belut Taman Papua, yang ditemukan pada kedalaman 15–20 meter dan sulit ditemui karena sembunyi di pasir laut.
2. Udang Mantis Merak, spesies berwarna cerah yang mudah dikenali di lokasi penyelaman Raja Ampat.
3. Hiu Kalabia atau hiu berjalan, yang dapat “berjalan” di dasar laut menggunakan siripnya.
4. Hiu Wobbegong Berumbai, yang memiliki kemampuan kamuflase dan metode berkembang biak unik.
5. Pari Manta Hitam, spesies langka yang seluruh tubuhnya berwarna hitam akibat fenomena melanisme.
Tak hanya itu, Raja Ampat juga menjadi rumah bagi hewan laut beracun seperti gurita cincin biru, ikan batu, ular laut, dan siput laut kerucut, yang tetap bisa diamati saat snorkeling dengan pengawasan ketat.
Dilansir dari validnews.id, Raja Ampat kini menghadapi ancaman serius akibat ekspansi tambang nikel yang berpotensi merusak ekosistem alamnya, khususnya di Pulau Gag. Padahal, kawasan ini telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark sejak September 2023 berkat kekayaan geologis dan keanekaragaman hayatinya yang luar biasa.
Menanggapi hal ini, para pegiat konservasi mendesak perlindungan lebih ketat bagi kawasan Raja Ampat. Mereka menilai kerusakan akibat tambang bisa berdampak jangka panjang, baik bagi spesies endemik maupun bagi kehidupan masyarakat yang menggantungkan ekonomi dari sektor wisata dan alam.
Upaya konservasi dan kebijakan pembangunan berkelanjutan menjadi kunci untuk memastikan kelestarian hewan-hewan endemik Raja Ampat. Tanpa perlindungan serius, spesies langka tersebut bisa terancam punah sebelum sempat dipelajari lebih jauh oleh dunia sains.
Reporter: Fischa Talicha dan Afriansyah Gibran