Bioluminesensi hewan laut (Doc. Int)

BIOma – Bioluminesensi merupakan fenomena biologis yang memungkinkan organisme hidup menghasilkan cahaya melalui reaksi kimia di dalam tubuh mereka. Cahaya ini tidak mengeluarkan panas, sehingga disebut sebagai “cahaya dingin”. Kemampuan unik ini ditemukan pada berbagai makhluk hidup, mulai dari kunang-kunang di darat hingga ikan dan mikroorganisme di laut dalam.

Dilansir dari Tempo.com, cahaya kunang-kunang dihasilkan oleh reaksi kimia antara enzim luciferase dan senyawa luciferin dengan oksigen. Reaksi ini menghasilkan cahaya tanpa membakar energi secara signifikan.

Kunang-kunang dapat mengatur nyala dan intensitas cahayanya untuk menarik pasangan atau sebagai sinyal komunikasi. Bahkan, beberapa spesies bekerja sama dengan bakteri bercahaya untuk memperkuat cahaya yang dihasilkan.

Dikutip dari CNNIndonesia.com, kemampuan ini tidak hanya dimiliki oleh kunang-kunang. Di laut dalam, berbagai organisme menggunakan cahaya sebagai alat pertahanan atau untuk mencari makan. Misalnya, cumi-cumi vampir melepaskan lendir bercahaya saat terancam, sedangkan ikan anglerfish menggunakan organ bercahaya di kepalanya untuk memikat mangsa. Mikroorganisme seperti dinoflagellata bahkan dapat membuat air laut tampak berkilau saat terganggu oleh ombak.

Dilansir dari Detik.com, organisme seperti ubur-ubur Aequorea victoria dan bekicot clusterwink menggunakan cahaya ini untuk berbagai keperluan, termasuk pertahanan diri dan mencari pasangan. Bahkan ada spesies kunang-kunang betina yang memanfaatkan cahaya untuk menipu jantan dari spesies lain sebagai strategi memangsa.

Dikutip dari artikel “Bioluminesensi: Evolusi Cahaya dalam Kehidupan Laut” di Ocean Find Your Blue, bioluminesensi telah berevolusi lebih dari 40 kali secara independen pada berbagai kelompok organisme. Di kedalaman laut, cahaya berwarna biru-hijau paling umum digunakan karena mampu menembus air lebih dalam.

Beberapa ikan laut dalam, bahkan menggunakan cahaya merah yang tidak terlihat oleh mangsanya sebagai taktik berburu diam-diam. Sementara itu, hewan lain seperti hiu dan cumi-cumi menggunakan cahaya untuk menyamarkan diri agar tidak terlihat di bawah laut.

Fenomena bioluminesensi ini tidak hanya memikat secara visual, tetapi juga membuka peluang besar dalam bidang penelitian bioteknologi, komunikasi bawah laut, hingga pengembangan biosensor. Kemampuan makhluk hidup menghasilkan cahaya menjadi bukti betapa kompleks dan menakjubkannya adaptasi organisme terhadap lingkungannya.

Reporter: Fischa Talicha

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *