Platipus, Mamalia Bertelur yang Terancam Punah

Platipus (Doc. Int)

BIOma – Platipus (Ornithorhynchus anatinus) merupakan mamalia semi-akuatik yang unik karena berkembang biak dengan bertelur dan hanya ditemukan di wilayah Australia Timur. Hewan ini termasuk dalam kelompok monotremata, yaitu jenis mamalia yang bereproduksi dengan cara bertelur, tidak melahirkan anak seperti mamalia pada umumnya.

Dari total lima spesies monotremata yang ada, platipus adalah salah satu yang paling dikenal karena karakteristiknya yang tidak biasa, termasuk paruh menyerupai bebek, kaki berselaput, tubuh serta ekor yang mirip berang-berang, serta kemampuannya hidup di lingkungan perairan maupun daratan.

Dilansir dari Kompas.com, saat pertama kali ditemukan pada tahun 1798, para ilmuwan Inggris awalnya mengira bahwa platipus adalah hasil rekayasa. Mereka menduga hewan tersebut dibuat dengan menyatukan berbagai bagian tubuh dari beberapa hewan berbeda sebab penampilannya yang tidak biasa.

Dikutip dari detik.com, platipus memiliki beberapa fakta unik yaitu memiliki paruh yang dilengkapi dengan elektroreseptor dan mekanoreseptor untuk mendeteksi aliran listrik dan gerakan. Platipus adalah mamalia yang bertelur dan menyusui anaknya melalui perut. Platipus jantan memiliki taji dan mahkota beracun yang digunakan untuk bertarung dengan pejantan lain di musim kawin.

Dilansir dari Idntimes.com, platipus berkembang biak dengan cara bertelur, namun tetap digolongkan sebagai mamalia karena ia menyusui anaknya. Meskipun tidak memiliki payudara seperti mamalia pada umumnya, platipus memiliki kelenjar susu di tubuhnya yang mengeluarkan susu dan kemudian terkumpul di bagian perut. Bayi platipus kemudian menyusu dari sana.

Populasi platipus di Australia telah menurun sekitar 22% dalam tiga dekade terakhir, menjadikannya sebagai spesies yang terancam punah. Berbagai faktor mengancam kelangsungan hidup hewan ini, termasuk perubahan iklim, kerusakan habitat, populasi lingkungan, dan masuknya spesies invasif. Selain itu, keberadaan bendungan turut menghambat migrasi platipus dan meningkatkan risiko perkawinan sedarah yang dapat mempengaruhi kesehatan genetik populasi mereka.

Reporter: Alya Makarimi

Loading

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *